Selasa, 18 November 2014

Organisasi Kesehatan Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) – yang dibentuk berdasarkan Piagam PBB Artikel 57 tahun 1948 – merupakan pemain utama dalam arena kesehatan dunia. Pernyataan dalam Piagam PBB yang asli menyebutkan bahwa definisi kesehatan secara luas disusun dan dinyatakan kembali dalam konstitusi WHO: “Kesehatan merupakan suatu derajat kesejahteraan fisik, mental, dan social yang lengkap dan tidak hanya berarti keadaan tanpa penyakit atau cacat” [World Health Organization. Constitution of the World Health Organization. Geneva: WHO, 1948].

WHO berusaha keras secara konsisten mencapai sasaran utamanya – setiap orang mencapai tingkat kesehatan setinggi mungkin – dengan mengarahkan dan mengoordinasi otoritas dalam kerja kesehatan internasional; dengan mencapai dan mempertahankan kolaborasi efektif dengan PBB, lembaga khusus, administrasi kesehatan pemerintah, kelompok professional, dan organisasi lain, seperti NGO; dengan memperbaiki bantuan teknis jika diminta oleh pemerintah; dengan mengajukan konvensi, kesepakatan, dan peraturan yang berkaitan dengan kesehatan dunia, seperti diskriminasi gender dan hak asasi manusia; yang bekerja sama dengan lembaga kekhususan tertentu, seperti CDC, eradikasi epidemic, endemic, dan penyakit lain; dengan menetapkan dan merevisi sesuai kebutuhan pengelompokan penyakit, penyebab kematian, dan praktik kesehatan masyarakat; dengan mengembangkan, mencapai, dan meningkatkan standar kesehatan internasional dengan memperhatikan produk makanan, produk biologis, farmasi, dan produk serupa. WHO juga melindungi dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan, persiapan tenaga kesehatan dan strategi penyebarannya, dan melakukan penelitian bidang kesehatan dalam kerja sama dengan negara anggota dan merancang pusat-pusat kerja sama terbaru, seperti Pusat Kolaborasi WHO tentang Keperawatan dan Kebidanan.

a. Organisasi dan Struktur

Kantor pusat WHO berlokasi di Jenewa dengan kantor regional dan kantor perwakilan di seluruh dunia. Enam wilayah WHO meliputi Afrika (Brazzaville, Republik Kongo), Amerika (Organisasi Kesehatan Pan Amerika di Washington, DC), Eropa (Kopenhagen, Denmark), Mediterania Timur (Kairo, Mesir), Asia Tenggara (India, New Delhi), dan Pasifik Utara (Filipina, Manila). Di setiap kantor regional WHO tersedia sebuah posisi sebagai penasihat keperawatan/kebidanan kendati perawat tanpa surat izin praktik kebidanan sering kali mengisi posisi ini.

WHO terdiri atas “negara-negara anggota.” Negara-negara ini umumnya adalah negara yang memiliki keanggotaan di PBB dan menyetujui syarat-syarat yang ditetapkan sejak awal pembentukan konstitusi WHO, termasuk pembayaran kewajiban financial. Setiap negara anggota dapat mengirim sebanyak-banyaknya tiga orang perwakilan resmi kepada World Health Assembly (WHA), yang merupakan badan pembuat kebijakan formal WHO. Badan ini mengadakan pertemuan setiap bulan Mei di Jenewa. Pengawas terpilih dapat juga diikutsertakan dengan persetujuan Direktur Jendral. Beberapa pengawas dapat merupakan perwakilan individual maupun organisasi dari NGO, seperti ICM dan ICN, serta kelompok atau aliansi lain yang berhubungan dengan kesehatan. Dewan Eksekutif biasanya mengadakan pertemuan setiap bulan Januari dan bulan Mei untuk menyusun agenda bagi WHA dan mempertimbangkan kegiatan yang telah dilangsungkan sebelum pertemua selanjutnya. WHA menyeleksi negara-negara yang akan menjadi anggotanya setiap tahun. Setiap negara yang terpilih kemudian dapat mengirim seseorang untuk mewakili negaranya di Dewan Eksekutif. Direktur Jendral WHO, saat ini Dr. Gro Harlem Bruntland dari Norwegia, memimpin pertemuan-pertemuan dewan dan menentukan tugas Sekretariat WHO (di Jenewa di kantor regional), termasuk kegiatan yang diajukan setiap tahun.

b. Program Kerja WHO

Arah strategi yang diadopsi dalam Program Kerja Umum tahun 2002-2005 dan berfokus pada kerja teknis WHO adalah sebagai berikut [World Health Organization. General Programme of Work 2002-2005. Geneva: WHO, 2001]:

1) Mengurangi akibat kesakitan, kematian, dan ketidakmampuan, terutama pada masyarakat yang miskin dan marginal.

2) Meningkatkan gaya hidup sehat dan mengurangi factor risiko terhadap kesehatan manusia yang muncul akibat factor lingkingan, ekonomi, social, dan perilaku.

3) Mengembangkan system kesehatan yang secara jelas meningkatkan hasil-akhir bidang kesehatan, berespons terhadap tuntutan hidup individu, dan memiliki keadilan secara financial.

4) Membuat kerangka kebijakan, menciptakan suatu lingkungan institusional bagi sector kesehatan, dan meningkatkan dimensi kesehatan efektif terhadap aspek social, ekonomi, serta kebijakan lingkungan dan kebijakan pembangunan.

Dalam upaya WHO berespons secara efektif terhadap perubahan dalam konteks internasional, cara-cara baru dalam bekerja telah diidentifikasi dan sedang dilaksanakan. Upaya ini antara lain mengadopsi suatu pendekatan yang lebih luas terhadap kesehatan dalam konteks perkembangan manusia, tindakan kemanusiaan, kesetaraan antara pria dan wanita, serta pencapaian hak-hak manusia, dengan focus utama pada hubungan antara kesehatan dan penurunan kemiskinan. Perubahan pendekatan ini menempatkan WHO pada garis terdepan di beberapa area: membentuk consensus nasional dan internasional yang lebih luas dalam hal kebijakan, strategi, dan standar kesehatan lewat pembentukan generasi dan manajemen intervensi yang efektif dari segi penelitian dan keahlian; memicu tindakan yang lebih efektif dalam hal meningkatkan dan memperbaiki kesehatan dan menurunkan ketidakseimbangan antara hasil-akhir kesehatan dengan menggunakan kemitraan yang dinegosiasikan dengan cermat; serta menciptakan suatu budaya organisasi yang tanggap [World Health Organization. General Programme of Work 2002-2005. Geneva: WHO, 2001].

Setiap tahun WHO menetapkan seluruh prioritas organisasi secara luas dalam upaya membentuk sasaran, kebijakan, dan penggunaan alokasi dana. Sebagai contoh, prioritas organisasi secara luas pada tahun 2002-2003 antara lain:

1) Malaria, Tuberculosis, dan HIV/AIDS;

2) Kanker, Penyakit Jantung, dan Diabetes;

3) Tembakau;

4) Kesehatan Ibu;

5) Keamanan Makanan;

6) Kesehatan Jiwa;

7) Penggunaan Darah yang Aman;

8) Sistem Kesehatan; dan

9) Mengupayakan Perubahan pada WHO.

Berbagai departemen dalam tubuh WHO memiliki beban untuk melaksanakan rencana kerja dan menyediakan keahlian teknis yang dibutuhkan bagi pemerintah dan negara-negara anggota.

 

Peran dalam Mengupayakan Kehamilan yang Lebih Aman

Keseluruhan prioritas dalam organisasi WHO sejak tahun 1987 ditekankan pada kesehatan ibu, dimulai dengan peluncuran Safe Motherhood Initiative secara umum di Nairobi pada tahun 1987. Sumber-sumber pengetahuan seperti video, Why did Mrs. X Die? dan Opening the Gates to Life, manual seperti Mother-Baby Package [World Health Organization. The Mother Baby Package. Geneva: WHO, 1994], dan standar pendidikan seperti Midwifery Modules [World Health Organization. Midwifery Modules. Geneva: WHO, revised, 2002], semua ini berasal dari badan teknis WHO, Divisi Kesehatan Reproduksi. Pada tahun 1998. Hari Kesehatan Dunia dedikasikan untuk Safe Motherhood, dan kesehatan ibu telah menerima perhatian umum dengan cara yang baru.

Pada tahun 1999, WHO, UNFPA, UNICEF, dan Bank Dunia telah mengeluarkan sebuah pernyataan gabungan untuk mengurangi kematian ibu. Penekanan baru pada dokumen ini merupakan pemberitahuan bahwa program Safe Motherhood dapat dicapai melalui peningkatan dan pemberian dukungan terhadap hak-hak manusia, termasuk mendayagunakan wanita untuk membuat pilihan dalam kehidupan reproduksi dengan dukungan keluarga dan masyarakat, serta memastikan akses ke pelayanan kesehatan maternal berkualitas, dengan persalinan ditolong oleh tenaga kebidanan terampil, disertai akses tepat waktu ke perawatan kebidanan darurat jika timbul komplikasi berat [WHO, UNFPA, UNICEF, and World Bank. Reduction of Maternal Mortality: A Joint WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank Statement. Geneva: WHO, 1999, p.2].

Pada tahun 2000, komitmen terbaru WHO terhadap komponen kesehatan Safe Motherhood Initiative ialah dalam bentuk sebuah program bernama Menciptakan Masa Kehamilan yang Lebih Aman (Making Pregnancy Safer, MPS) – sebuah strategi dalam sector kesehatan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian maternal dan bayi [World Health Organization. Making Pregnancy Safer: A-Health Sector Strategy for Reducing Maternal and Perinatal Morbidity and Mortality. Geneva: WHO: 2001]. Sasaran spesifiknya meliputi memperbaiki kapasitas nasional dalam mengurangi angka kesakitan maternal dan bayi, penetapan standar dan pengembangan alat-alat yang akan digunakan di lapangan, penelitian dan perkembangan praktik terbaik untuk mengurangi kematian dan ketidakmampuan ibu, serta mengawasi dan mengevaluasi praktik-praktik tersebut untuk direplikasi pada area di dunia yang tingkat kebutuhannya paling besar. Selain itu, divisi dan pengelompokan di dalam maupun di luar tubuh WHO terus mengupayakan aspek lain Safe Motherhood Initiative, termasuk hak-hak manusia, pendayagunaan wanita, pendidikan kepada remaja puteri dan wanita, serta pengembangan tingkat social-ekonomi wanita.

Pesan kunci dalam strategi MPS, yang mencerminkan SMI-USA dan Aliansi Pita Putih, terdiri atas:

1) Setiap wanita harus menginginkan kehamilannya;

2) Semua wanita hamil dan bayi mereka harus mampu mengakses perawatan terampil; dan

3) Semua wanita harus dapat mencapai fasilitas kesehatan yang berfungsi untuk mendapatkan perawatan yang tepat bagi mereka sendiri atau bayi mereka ketika terjadi komplikasi [World Health Organization. Making Pregnancy Safer: A-Health Sector Strategy for Reducing Maternal and Perinatal Morbidity and Mortality. Geneva: WHO: 2001].

Kebutuhan kolaborasi yang lebih luas dalam upaya global untuk mencapai hasil-akhir kesehatan bagi semua wanita usia subur dan bayi mereka merupakan tema saat ini yang digunakan oleh WHO, ICM, FIGO, IAG, dan Aliansi Pita Putih – organisasi kunci yang tertarik dalam membuat kesehatan ibu dan bayi baru lahir sebagai prioritas puncak bagi segenap pemerintah dan negara. Tanpa wanita yang sehat, kita tidak akan pernah memiliki anak-anak yang sehat. Dan tanpa anak-anak yang sehat, tidak akan ada negara yang akan mencapai potensi terbesarnya bagi kesehatan dan perkembangan negara tersebut. Dengan demikian, bidan adalah profesi yang penting dalam perkembangan negara yang sehat.

c. Peran Bidan dan Kebidanan di WHO

WHO sejak lama mengakui nilai seorang bidan yang telah terlatih baik dalam mengurangi kematian dan ketidakmampuan ibu [World Health Organization. Midwives to the world. World Health: The Magazine of the World Health Organization 50th Year, No. 2, March-April 1997]. Pernyataan gabungan pada tahun 1999 yang dicatat di atas memberi pengakuan penuh terhadap fakta bahwa kebidanan dapat membuat perbedaan dalam meningkatkan kehamilan dan persalinan yang aman bagi wanita dan bayi baru lahir. Bidan memegang posisi kunci dalam WHO di Jenewa sebagai ahli teknis dalam program kerja Safe Motherhood, dan mereka telah bekerja bersama ICM, ICN, dan FIGO dalam pengembangan bahan-bahan pelatihan bagi bidan dan dokter. Sebuah contoh bentuk kemitraan yang produktif antara WHO dan ICM adalah pengembangan modul kebidanan WHO yang dilandaskan pada hasil-akhir Lokakarya Pra-Kongres Kolaborasi yang diadakan pada tahun 1990 dan 1993. Bidan merupakan mitra penting dalam setiap strategi Safe Motherhood. Malahan, ketika Dr. Barbara Kwast, seorang bidan yang berasal dari Belanda, mencatat pada awal tahun 1990-an bahwa bidan merupakan bagian penting dalam setiap langkah untuk mengupayakan kehamilan yang lebih aman bagi wanita dan bayi [Kwast, B. E. Midwives: key rural health workers in maternity care. Int. J. Gynecol. Obstet. 38 (suppl.) S9-S15, 1992].

d. Resolusi World Health Assembly dalam Memperkuat Keperawatan dan Kebidanan

Sejak tahun 1948, World Health Assembly (WHO) telah mengadopsi rangkaian 11 resolusi yang bertujuan memperkuat keperawatan dan kebidanan dalam upaya mencapai kesehatan untuk semua orang [Vonderheid, S. C., and Al-Gasseer, N. World Health Organization and global health policy. J. Nurs. Scholarship 34:2:109-110, 2002]. Resolusi ini yang dikeluarkan pada bulan Mei 2001 mencerminkan keprihatinan terhadap penurunan jumlah perawat dan bidan secara umum dan mengakui pentingnya “pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagai inti setiap system kesehatan dan kesehatan nasional” [World Health Assembly. Strengthening Nursing and Midwifery: WHA 54. 12. Geneva: World Health Organization, May 2001]. Resolusi tersebut menekankan setiap negara anggota “untuk mengejar reformasi sector kesehatan dengan melibatkan perawat dan bidan dalam membuat kerangka kerja, perencanaan, dan pelaksanaan kebijakan kesehatan di semua tingkat” [World Health Assembly. Strengthening Nursing and Midwifery: WHA 54. 12. Geneva: World Health Organization, May 2001] dan merupakan sebuah langkah penting dalam mengenali peran kebijakan bahwa bidan dan perawat harus dapat berperan dalam merancang pelayanan dan system kesehatan yang tanggap. Aspek lain dalam resolusi tersebut adalah mengarah pada pendidikan yang berlandaskan kompetensi perawat dan bidan, kerangka kerja peraturan yang mempermudah praktik kebidanan, serta pengembangan dan pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat. Situs WHO (World Health Organization (WHO): www.who.ch) yang bertopik resolusi WHA menjelaskan rincian resolusi terkini. Aktivitas ini dan aktivitas WHO lain mengatur peran bermanfaat yang dimainkan bidan professional dalam setiap upaya untuk memperbaiki kesehatan wanita, terutama wanita usia subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar