Senin, 11 Agustus 2014

PERGESERAN DEMOGRAFIK

Amerika Serikat telah menjadi sebuah negara global. Di sana telah terjadi perubahan populasi yang sangat besar akibat pola imigrasi dan peningkatan signifikan di tengah-tengah masyarakat yang terdiri dari berbagai ras, budaya, etnik, dan bahasa, yang tinggal di Amerika Serikat. Sensus pada tahun 1990 menunjukkan bahwa penduduk yang menggunakan bahasa selain bahasa Inggris di rumah meningkat sebesar 43% hingga mencapai 28,3 juta. Dari jumlah ini, 45% di antaranya menunjukkan mereka mengalami kesulitan berbicara dalam bahasa Inggris. Hasil dari survey yang dilakukan oleh Cencus Bureau pada tahun 2000 menunjukkan bahwa sati dari setiap sepuluh orang di Amerika Serikat merupakan keturunan warga pendatang. Dalam 50 tahun terakhir, saat ini keturunan warga pendatang menempati segmen terbesar dari jumlah penduduk Amerika Serikat secara keseluruhan – suatu tren yang diharapkan terus berlanjut. Ilustrasi lebih lanjut tentang kebutuhan intervensi perawatan kesehatan yang berkompetensi budaya terlihat dari perkiraan yang dibuat oleh Children’s Defense Fund bahwa sebelum tahun 2010 akan terdapat 9,5 juta anak dari ras-ras lain dan 6,2 juta anak berkulit putih-bukan keturunan latin di Amerika Serikat. Pada pertengahan abad ke-21, rata-rata penduduk Amerika Serikat akan meneruskan akar keturunannya ke negara Afrika, Asia, Pulau Pasifik, Latin, dan negara-negara Arab [Rorie, J. L., Paine, L. L., Barger, M. K. Primary care for women: Cultural competence in primary care services. J. Nurse-Midwifery 41(2):92-100 (March/April) 1996 and Lollock, L. The Foreign Born Populatio in the United States: March 2000, Current Population Reports, pp. 20-534, U.S. Cencus Bureau, Washington, DC].

Tidak ada area lain yang mengadakan pembagian secara lebih tajam terhadap ras, etnik, dan budaya selain area perawatan kesehatan. “Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan perbedaan perawatan kesehatan terletak pada perbedaan ras dan etnik dalam mutu perawatan kesehatan, yang tidak berhubungan dengan factor yang berkaitan dengan kemudahan memasuki pelayanan kesehatan, kebutuhan klinik, pilihan pelayanan, ataupun ketepatan intervensi pelayanan kesehatan” [U.S Department of Health and Human Services, Offices of Minority Health. National Standards for Culturally and Linguistically Appropriate Services in Health Care, Executive Summary. March 2001]. Perbedaan akan menetap dalam insiden penyakit dan kematian di antara wanita kulit berwarna. Setelah mengenal perbedaan ini, pemerintah pusat telah menargetkan beberapa area status kesehatan, termasuk kematian anak dan sumber-sumber yang berkaitan dengan hal tersebut [Lollock, L. The Foreign Born Populatio in the United States: March 2000, Current Population Reports, pp. 20-534, U.S. Cencus Bureau, Washington, DC]. Secara umum, organisasi perawatan kesehatan terus berjuang menghadapi setiap tantangan dan kesempatan dalam merespons secara efektif kebutuhan individu dan keluarga dari berbagai kelompok ras, etnik, budaya, dan bahasa. Upaya menggabungkan strategi yang berkompetensi budaya ke dalam system perawatan kesehatan primer tetap menjadi sebuah tantangan besar bagi banyak kelompok masyarakat. National Standards for Culturally and Linguistically Appropriate Services in Health Care yang dikeluarkan oleh U.S. Department of Health and Human Services (HHS) melaporkan bahwa saat ini tidak ada persetujuan di antara para tenaga spesialis professional kesehatan tentang hal yang secara spesifik merupakan bagian dari kompetensi individu secara budaya atau cara paling tepat untuk mengukur hal tersebut [U.S Department of Health and Human Services, Offices of Minority Health. National Standards for Culturally and Linguistically Appropriate Services in Health Care, Executive Summary. March 2001]. Namun, ada banyak alasan untuk menguatkan kebutuhan akan kompetensi budaya dalam system perawatan kesehatan pada tingkat pemberi pelayanan kesehatan-pasien. Menurut rekomendasi Pew Health Proffessions Commission yang dikeluarkan pada tahun 1998, pengembangan kompetensi budaya merupakan hal yang prioritas [Callister, L. C. Culturally competent care for woman and newborns: Knowledge, attitude, and skills. J. Obstet. Gynecol. Neonatal Nurs. 30(2):209-215, 2001 and Lollock, L. The Foreign Born Populatio in the United States: March 2000, Current Population Reports, pp. 20-534, U.S. Cencus Bureau, Washington, DC]. Hal ini penting diperhatikan oleh para bidan yang memberi pelayanan di berbagai tatanan perawatan kesehatan wanita di negara Amerika Serikat. Bidan dapat memberi perawatan kepada wanita usia subur dari Afrika, yang sudah disirkumsisi secara ritual, atau kepada seorang wanita Muslim dari Arab yang hanya dapat diperiksa oleh tenaga kesehatan wanita, atau kepada wanita Hispanik yang baru tiba dari Amerika Tengah dan tidak dapat berbicara bahasa Inggris.

Menurut Sensus tahun 2000, ada 281,4 juta orang tinggal di negara Amerika Serikat dan 143 juta di antaranya adalah wanita. Dari jumlah ini, sejumlah 27 juta merupakan anggota kelompok minoritas ras dan etnik [U.S. Census Bureau, Census 2000 Profile of Gender in the United States. (March 2001). Internet Release Date: February 2, 2002. http:// eire.census.gov/popest/data/national/tables/asro/U S-EST2001-ASRO-02.php]. Akibat hambatan di bidang ekonomi, social, dan budaya, mereka berada dalam kondisi kesehatan yang buruk, mendapat lebih sedikit layanan kesehatan, dan harus menanggung beban akibat hasil-akhir kesehatan yang buruk. Wanita kulit berwarna di negara Amerika Serikat terdiri dari empat kelompok besar (diurut dari jumlah populasi tertinggi): (1) Afrika Amerika, (2) Hispanik, (3) Asia Amerika/Pendatang dari Pasifik, dan (4) Indian Amerika/Asli dari Alaska. Populasi terbesar adalah orang kulit putih yang disebut sebagai bangsa Kaukasia. Sedikit lebih dari 100 juta atau sebanyak 71,6% wanita Amerika merupakan berasal dari Kaukasia, bukan Hispanik [U.S Department of Health and Human Services, Offices of Minority Health. National Standards for Culturally and Linguistically Appropriate Services in Health Care, Executive Summary. March 2001; Randall-David, E. Culturally Competent HIV Counseling and Education. Rockville, MD: DHHS Maternal and Child Health Bureau, 1994; and Roberts, R., et al. Developing Culturally Competent Programs for Families of Children with Special Needs (Monograph), 2nd ed. Washington, DC: Georgetown University Child Development Center, 1990].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar