Proses penatalaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah berakar pada tindakan perawat-kebidanan di awal tahun 1970-an (University of Mississippi Medical Center, Nurse-Midwifery Education Program. Management Process. Jackson, MS: 1972-1973 and College of Medicine and Dentistry of New Jersey, New Jersey Medical School, nurse-Midwifery Education Program. Management Process. Newark, NJ: 1975). Proses ini merupakan sebuah metoda pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu alur logis untuk keuntungan pasien dan pemberi perawatan kesehatan. Proses ini dijelaskan sebagai perilaku yang diharapkan oleh praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan buah dari proses pikir dan tindakan yang diambil. Orang yang menjelaskan tingkat perilaku yang harus dicapai pada setiap langkah untuk menyediakan perawatan pasien yang aman dan menyeluruh. Karena proses penatalaksanaan mengikuti suatu alur yang logis, proses ini juga bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari penatalaksanaan perawatan kepada pasien sebab penatalaksanaan itu sendiri merupakan cara untuk menyatukan semua bagian-bagian terisolasi, yang mencakup pengetahuan, penemuan, kemampuan, dan penilaian menjadi suatu pengertian yang utuh dan berfokus pada transisi ke dalam peran penatalaksanaan pasien.
Proses penatalaksanaan terdiri dari tujuh langkah berurutan, yang secara periodic disempurnakan. Proses penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah ini mencakup seluruh kerangka kerja yang dapat diaplikasikan pada setiap situasi. Kemudian, setiap langkah dapat dibagu menjadi tugas-tugas yang lebih spesifik dan bervariasi untuk dapat disesuaikan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. Sedapat mungkin harus disadari bahwa langkah-langkah ini diambil dalam kolaborasi dengan ibu dan siapapun yang ibu inginkan terlibat, atau dalam kolaborasi dengan orang tua bayi baru lahir. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang dibutuhkan untuk melengkapi evaluasi ibu atau bayi baru lahir.
2. Membuat sebuah idetifikasi masalah atau diagnisa dan kebutuhan perawatan kesehatan yang akurat berdasarkan perbaikan interpretasi data yang benar.
3. Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi lainnya, yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah ada masalah atau diagnose yang teridentifikasi.
4. Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen kolaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lain, sesuai dengan kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi yang baru lahir.
5. Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang mendasari keputusan yang dibuat dan didasarkan pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana perawatan yang efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan perawatan kesehatan yang diberikan, mengolah kembali dengan tepat setiap aspek perawatan yang belum efektif melalui proses penatalaksanaan di atas.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan ini pada hakikatnya sudah menjelaskan dengan jelas pengertian masing-masing. Namun, pembahasan singkat dan pemberian contoh tugas yang dapat tercakup pada masing-masing langkah di atas dapat menjelaskan dengan jelas proses berpikir yang terlibat dalam proses klinis yang berorientasi pada tindakan.
Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait – secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapat konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi. Pada waktu tertentu, langkah satu tumpang tindih dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari sebuah alur berkelanjutan) karena upaya memperoleh data tambahan dari uji laboratorium atau penelitian diagnosis lain dapat merupakan bagian dari rencana. Kadang-kadang bidan perlu memulai langkah dengan langkah empat.
Langkah kedua bermula dari data dasar: menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering kali berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini sering kali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang. Sebagai contoh, seorang wanita didiagnosis sedang hamil dan masalah yang berhubungan adalah ia tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain: seorang wanita berada pada trimester ketiga dan mengalami ketakutan menjelang bersalin dan melahirkan anak. Mereka takut tidak sesuai dengan kategori apapun dalam nomenklatur diagnostic standar, tetapi yang pasti, hal ini menciptakan masalah yang perlu digali lebih lanjut. Selanjtunya, sebuah rencana harus dikembangkan untuk mengatasi rasa takut wanita tersebut. Kebutuhan perawatan kesehatan dapat dikenali dari masalah dan diagnosis atau salah satu dari keduanya. Sebagai contoh, kebutuhan perawatan kesehatan seorang ibu ialah melakukan pemeriksaan ginekologis tahunan. Dengan demikian, dari semua temuan yang diperoleh, masalah atau diagnosis dapat diidentifikasi, tetapi bisa saja sebaliknya.
Langkah ketiga – mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini – berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. Sebagai contoh, seorang wanita memiliki uterus yang mengalami distensi-berlebihan (overdistension). Melihat keadaan ini, bidan harus memperkirakan alasan terjadinya distensi-berlebihan (mis., polihidramnion, bayi besar untuk masa kehamilan, ibu diabetes gestasional, atau kehamilan kembar) dan kemudian mengambil langkah antisipasi, melakukan tindakan kewaspadaan, dan kemudian mempersiapkan beberapa alternative tindakan terhadap kemungkinan perdarahan pascapartum mendadak sebagai akibat atoni uterus karena distensi-berlebihan. Pada keadaan bayi besar tunggal, bidan harus mengantisipasi dan bersiap terhadap kemungkinan distosia bahu dan kebutuhan bayi untuk mendapat tindakan resusitasi. Contoh lain adalah seorang wanita dengan bawaan sel sabit (sickle-cell). Bidan harus waspada terhadap kemungkinan wanita ini akan mengalami infeksi saluran kemih, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemungkinan persalinan premature atau bayi kecil untuk masa kehamilan. Tindakan pencegahan sederhana, pencatatan riwayat terkait pada setiap kunjungan prenatal, uji laboratorium untuk mendeteksi bakteriuria asimtomatik, dan penanganan terapeutik yang cepat jika terjadi infeksi saluran kemih diindikasikan bagi wanita dengan penyakit sel sabit.
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya, saat ia menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa data mengindikasikan situasi kedaruratan, yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara tepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya (mis., pada saat kala ketiga atau saat terjadi perdarahan pascapartum langsung, distosia bahu, atau nilai APGAR rendah). Beberapa data mengindikasikan sebuah situasi yang membutuhkan tindakan cepat sembari menunggu intervensi dokter, mis., pada saat terjadi prolaps tali pusat. Situasi lain bukan merupakan situasi darurat, tetapi membutuhkan konsultasi ke dokter atau penatalaksanaan kolaborasi. Misalnya, tanda-tanda dini pre-eklampsia yang membutuhkan konsultasi dokter. Di sisi lain, pengkajian riwayat awal, pemeriksaan fisik dan pelvic yang menunjang ditemukannya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medis utama lain membutuhkan kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan wanita hamil yang mengalami semua komplikasi ini. Kondisi atau situasi ketika ibu atau bayi baru lahir membutuhkan konsultasi atau penatalaksanaan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, misalnya, pekerja social, ahli nutrisi, atau perawat klinik spesialis neonates. Bidan kemudian mengevaluasi setiap situasi klinik untuk menentukan anggota tim kesehatan yang paling tepat untuk melakukan penatalaksanaan perawatan bagi ibu atau bayi baru lahir.
Langkah kelima – mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh – ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau bayi baru lahir yang terlihat dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau orang tua tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Petunjuk antisipasi ini juga mencakup pendidikan dan konseling kesehatan dan semua rujukan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah social, ekonomi, agama, keluarga, budaya, atau psikologis. Dengan kata lain, setiap hal yang berkaitan dengan seluruh aspek perawatan kesehatan dapat digunakan dalam rencana perawatan kesehatan. Sebuah rencana kesehatan harus menguntungkan kedua belah pihak, baik bidan maupun ibu atau orang tua supaya dapat memberi perawatan kesehatan yang efektif karena ibu atau orang tua adalah pihak yang nantinya melaksanakan atau tidak melaksanakan rencana yang telah dibuat bersama. Oleh karena itu, setiap tugas yang dilakukan pada setiap langkah ditetapkan setelah dirumuskan dan didiskusikan bersama ibu atau orang tua sekaligus sebagai upaya mengonfirmasi persetujuan klien.
Semua keputusan yang dibuat untuk mengembangkan rencana perawatan yang menyeluruh harus mencerminkan rasional valid, yang didasarkan pada pengetahuan teoretis terkait yang terkini dan tepat juga pada pemahaman yang valid tentang apa yang ibu atau orang tua akan atau tidak akan lakukan. Rasional yang didasarkan pada asumsi tidak valid tentang perilaku seseorang, pengetahuan teoretis yang keliru atau kurang, atau data dasar yang tidak lengkap dianggap tidak valid dan menghasilkan perawatan yang tidak komplet dan tidak aman.
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukan sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberi kontribusi terhadap penatalaksanaan perawatan ibu dengan komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Suatu komponen implementasi yang sangat penting adalah pendokumentasian secara berkala, akurat, dan menyeluruh.
Langkah terakhir – evaluasi – merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua tindakan dalam rencana, dan menjadi tidak efektig bila tidak diimplementasi. Mungkin saja sebagian efektif, sementara sebagian lain rencana tersebut tidak efektif. Apabila kita memandang proses penatalaksanaan sebagai sebuah proses berkesinambungan, maka sangat penting untuk memperbaiki setiap perawatan yang tidak efektif lewat proses penatalaksanaan. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi mengapa hal tersebut tidak efektif dan kemudian rencana perawatan disesuaikan lagi. Proses penatalaksanaan sebagai sebuah rangkaian proses yang berkelanjutan memungkinkan tenaga klinik untuk dengan mudah berespons terhadap setiap perubahan actual atau potensial pada kondisi atau situasi ibu dan bayi baru lahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar