Langkah 1. Celana
dibuka dan baringkan pasien dalam poisi telentang.
Langkah 2. Rambut
di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
Langkah 3. Penis
diplester ke dinding perut.
Langkah 4. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian
dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang
seperti larutan Iodofor (Betadine) atau larutan Klorheksidin (Hibiscrub) 4%.
Langkah 5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan
tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
Langkah 6.
Tepat di linea mediana di atas vas
deferens, kulit skrotum diberi anestesi local (Prokain atau Novokain atau
Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens kea rah
distal, kemudian dideponir lagi masing-masing 3 – 4 ml, prosedur ini dilakukan
sebelah kanan dan kiri.
Langkah 7.
Vas deferens dengan kulit skrotum yang
ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah
skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah ke
bawah kulit.
Langkah 8. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol
dari vas deferens, tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung
klem diseksi dengan membentuk sudut ± 45°.
Sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya sampai kena vas
deferens; kemudian klem diseksi ditarik, tutupkan ujung-ujung klem dan dalam
keadaan tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang tusukan, searah
jalannya vas deferens.
Langkah 9. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan
jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam
satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat
terlihat.
Langkah 10. Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah,
tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens; dan ujung klem diputar
menurut arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem
pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem
fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas deferens yang telah
terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem
fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.
Langkah 11. Pada tempat vas deferens yang melengkung,
jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan ke bawah dengan klem diseksi. Kalau lobang
telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian
buka ujung-ujung klem pelan-pelan parallel dengan arah vas deferens yang
diangkat.
Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas
deferens di-crush secara lunak dengan
klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 – 0.
Langkah 12. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens
dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong.
Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.
Langkah 13. Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang
distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup
lobang fasia dengan mengikat sedemikan rupa sehingga puntung bagian epididimis
tertutup dan puntung distal ada di luar fasia.
Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens
tidak tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens
dikembalikan dalam skrotum.
Langkah 14. Lakukanlah tindakan di atas (Langkah 7 – 13) uuntuk
vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau
tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan
dengan band aid atau tensoplas.
Kemungkinan Penyulit dan Cara Mengatasinya
1. Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan
saja, bila banyak, hendaknya dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang
lebih lengkap. Di sini akan dilakukan operasi kembali dengan anestesi umum,
membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan kemudian mencari sumber
perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakak isi
skrotum pasca vasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan lakukan
pemeriksaan yang seksana. Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan
akan mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi.
2. Hematoma
Bisanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang
berlebihan, misal naik sepeda, duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan
jalanan yang rusak dan sebagainya.
3. Infeksi
Infeksi pada
kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka
kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang).
Apabila kering dengan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrate di dalam kulit
skrotum di tempat vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Disini pasien
akan diistirahatkan dengan berbaring, kompres es, pemberian antibiotika, dan
pengamatan apabila infiltrate menjadi abses. Mungkin juga terjadiepididimitis,
orkitis atau epididimoorkitis. Dalam keadaan seperti ini pasien segera dirujuk.
Di sini akan dilakukan istirahat baring, kompres es, pemberian antibiotika dan
analgetika.
4. Granuloma
Sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau pada
epididimis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal dengan kadang-kadang keluhan
nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1 – 2 minggu setelah vasektomi. Pada
keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas deferens.
Terjadi pada 0,1 – 30 % kasus.
5. Antibiotika
Sperma
Separuh sampai dua pertiga akseptor vasektomi akan membentuk antibody
terhadap sperma. Sampai kini tidak pernah terbukti adanya penyulit yang
disebabkan adanya antibody tersebut.
Kegagalan
Vasektomi
Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk
mengontrol kesuburan pria, namun masih mungkin dijumpai suatu kegagalan.
Vasektomi diangggap gagal bila:
a.
Pada analisis
sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi
masih dijumpai spermatozoa.
b.
Dijumpai
spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma.
c.
Istri (pasangan)
hamil.
Perawatan
dan Pemeriksaan Pascabedah Vasektomi
Setiap pascatindak pembedahan betapapun kecilnya
memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Pada pascatindak bedah vasektomi
dianjurkan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Dipersilakan
berbaring selama 15 menit.
b.
Amati rasa nyeri
dan perdarahan pada luka.
c.
Pasien dapat
dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik.
Sebelum pulang berikan nasehat sebagai berikut:
a.
Perawatan luka,
diusahakan agar tetap kering dan jangan sampai basah sebelum sembuh, karena
dapat mengakibatkan infeksi. Pakailah celana dalam yang bersih.
b.
Segera kembali
ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan, badan panas, nyeri yang hebat,
pusing, muntah atau sesak napas.
c.
Memakan obat
yang diberikan yaitu antibiotika profilaktik dan analgetik seperlunya.
d.
Jangan bekerja
berat / naik sepeda.
e.
Setelah
divasektomi tetap diperbolehkan, bahkan dianjurkan untuk melakukan hubungan
seksual dengan istri, namun harus diingat bahwa di dalam saluran mani (pipa-pipa)
vas deferens masih terdapat sisa-sisa sperma (bibit), sehingga selama masih ada
sisa sperma, sebaiknya suami dan istri tetap menggunakan alat pencegahan
kehamilan.
Untuk itu kepada suami diberikan 15 kondom, guna
menghindari kehamilan, petugas akan memberi contoh cara pemakaiannya. Setelah
air mani keluar 15 kali atau setelah jangka waktu 3 bulan, maka suami diminta
memriksakan air maninya dengan maksud meyakinkan bahwa air mani tersebut tidak
mengandung bibit-bibit (spermatozoa) lagi.
Untuk kperluan ini, suami diminta menyediakan air mani
di dalam botol bersih atau ait mani yang ada di dalam kondom dan
memeriksakannya di laboratorium. Bila sudah ada pernyataan dari laboratorium
bahwa air mani suami tidak mengandung bibit lagi, barulah ia boleh bersenggama
tanpa alat pencegah apapun lebih baik bila ia memeriksakan air mani untuk kedua
kalinya.
Kunjungan
Ulang
Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai
berikut:
1.
Seminggu sampai
dua minggu setelah pembedahan.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut:
a.
Anamnesis
meliputi keadaan kesehatan umum, adanya demam, rasa nyeri, perdarahan dari
bekas operasi, atau alat kelamin.
b.
Pemeriksaan
fisik dengan melakukan pemeriksaan lukam dan perawatan sebagaimana mestinya.
2.
Sebulan setelah
operasi
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut:
a.
Anamnesis
meliputi keadaan kesehatan umum, dan sanggama.
b.
Pemeriksaan
fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik umum dan alat genitalia.
3.
Tiga bulan dan
setahun setelah operasi
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut:
a.
Anamnesis
meliputi keadaan kesehatan umum, senggama, sikap terhadap kontrasepsi mantap,
dan keadaan kejiwaan si akseptor.
b.
Pemeriksaan
fisik dengan melakukan pemeriksaan kesehatan umum.
c.
Lakukan analisa
sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau 10 – 12 kali ejakulasi untuk
menilai hasil pembedahan.
REKANALISASI
Rekanalisasi
Tuba Fallopii
Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah
banyak dikembangkan. Teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba Fallopii
dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan
oleh teknik bedah mikro yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan
trauma yang minimal, mengurangi perlekatan pascaoperasi, mempertahankan
fisiologi tuba, serta menjamin fimbriae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan
ovum masih tetap baik.
Seleksi
Kasus
Tidak semua klien pasca tubektomi dapat dengan mudah
menjalankan rekanalisasi atau dikabulkan permintaan rekanalisasinya. Beberapa
pertimbangan harus diberikan untuk keberhasilan rekanalisasi tersebut.
Beberapa
Indikasi Kontra
1.
Umur klien >
37 tahun
2.
Tidak ada
ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
3.
Suami
oligospermi atau azoospermi
4.
Keadaan
kesehatan yang tidak baik, di aman kehamilan akan memperburuk kesehatannya.
5.
Tuberculosis
genitalia interna.
6.
Perlekatan
organ-organ pelvic yang luas dan berat.
7.
Tuba yang sehat
terlalu pendek (kurang dari 4 cm).
8.
Infeksi pelvis
yang masih aktif.
Beberapa
Pertimbangan sebelum Memutuskan untuk Operasi
Pemilihan klien dilakukan berdasarkan:
1.
Pemeriksaan
praoperatif
a.
Anamnesis yang
lengkap, termasuk laporan operasi daerah pelvis dan penyakit panggul terdahulu.
b.
Pemeriksaan
fisik umum (status generalis).
c.
Pemeriksaan
ginekologis.
d.
Pemeriksaan
laparoskop, dan / atau
e.
Pemeriksaan
histerosalpingografi.
2.
Keputusan untuk
operasi dan waktunya
a.
Apakah bisa
dilakukan pembedahan mikro pada kasus tersebut.
b.
Apakah tindakan
pembedahan tersebut akan memberikan hasil yang baik untuk klien agar dapat
hamil.
Bila jawaban Ya, harus ditentukan waktu operasi.
Tindakan pembedahan biasanya dilakukan di rumah sakit oleh ahli bedah yang
terlatih serta dengan sarana yang lengkap untuk operasi mikro (micro surgery).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar