Jumat, 21 Desember 2012

Sistem Indra


Manusia berhubungan dengan dunia luar dengan perantara pancaindra. Manusia setiap hari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan merasakan apa-apa yang ada di kulit, umpamanya merasakan nyeri, panas, dan sebagainya.
                Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan.
                Organ indra adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf.
Alat-alat yang berhubungan dengan alat-alat yang berfungsi untuk pancaindra tersebut di antaranya adalah:
1.       Kulit
2.       Mata
3.       Telinga
4.       Hidung
5.       Lidah
Setiap kita merasakan salah satu pancaindra itu, yang kita rasakan itu disebut sensasi. Berarti ada lima macam sensasi, yaitu:
1.       Sensasi pada kulit, yaitu panas, dingin, nyeri, raba, dan tekan.
2.       Sensasi pada mata, yaitu sensasi penglihatan.
3.       Sensasi pada telinga, yaitu sensasi pendengaran.
4.       Sensasi pada hidung, yaitu sensasi penciuman.
5.       Sensasi pada lidah, yaitu sensasi pengecap.
Setiap indra (sensasi) harus ada rangsangan. Rangsangan akan diterima oleh alat penerima rangsangan yang disebut reseptor. Dari alat ini (reseptor), rangsangan akan diteruskan ke pusat sensoris melalui serat syaraf sensoris. Sedangkan pusat sensasinya berfungsi sebagai pengolah (pemroses) rangsangan sensoris tadi. Sebagai reseptor pancaindra alatnya kulit, telinga, mata, lidah dan hidung.

A.      KULIT (PERABA)
Kebanyakan kita berkontak dengan dunia luar adalah melalui kulit. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Di antara fungsi kulit adalah:
1.       Membungkus tubuh dan melindungi jaringan sebelah dalam dari kekeringan dan trauma.
2.       Melindungi alat-alat dalam terhadap infeksi.
3.       Penting dalam pengaturan suhu tubuh.
4.       Sebagai alat sensoris / penerima rangsangan sensasi nyeri, panas, dingin, tekanan, dan raba.
5.       Sebagai alat ekskresi yaitu keringat yang mengandung berbagai garam.
6.       Sebagai alat pelindung alat-alat dalam terhadap cahaya.
7.       Sebagai tempat penyerapan beberapa obat-obatan.
8.       Sebagai alat keindahan (kosmetika).
Khususnya untuk menentukan luka bakar di kulit, penting dilakukan pengukuran luasnya dengan memakai hukum angka 9 (rule of nine). Hukum angka 9 itu adalah sebagai berikut:
·         Luas kulit kepala dan leher                                           9 %
·         Luas dada dan perut                                                       18 %
·         Luas punggung dan pinggang                                      18 %
·         Luas ekstremitas superior                                            36 %
·         Luas ekstremitas inferior                                              36 %
·         Luas perineum (alat kelamin)                                     1 %
TOTAL                                                                                   100 %

1.       Lapisan Kulit
Lapisan kulit terdiri dari:
·         Epidermis
·         Dermis
·         Subkutis

a.       Epidermis
Epidermis merupakan epitel berlapis gepeng bertanduk yang terdiri dari 5 lapisan:
*      Stratum Corneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin.
*      Stratum Lucidum, selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidum.
*      Stratum Granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.
*      Stratum Spinosum / Stratum Akantosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm, terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut intercellular bridges atau jembatan interselular.
*      Stratum Basal / Germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal. Stratum Germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna (pigmen kulit). Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade). Warna kulit dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit, banyak sedikitnya lemak, dan pigmen kulit. Jumlah pigmen pada kulit tergantung pada ras / suku bangsa, hormone, dan pengaruh sinar ultraviolet dan inframerah. Orang negro sangat banyak pigmennya sehingga kulitnya hitam. Di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membrane yang disebut membrane basalis. Sel-sel basalis dengan membrane basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris).
Epidermis ini lebih tebal pada telapak tangan, telapak kaki, dan pada tempat-tempat dimana kulit sering berkontak / bergeser. Epidermis ini lebih tipis di daerah ventral permukaan tubuh dan ventral permukaan anggota. Pada daerah sendi, epidermis banyak lipatan. Tiga lapisan atas dari epidermis merupakan sel yang mati dan mulai dari stratum germinativum ke bawah merupakan sel yang hidup. Lapisan atas tersebut akan diganti oleh lapisan yang dibawahnya jika sekiranya terjadi kerusakan. Oleh sebab itu, pertumbuhan epidermis ini disebut juga multiplikasi.

b.      Dermis (Coreum / Cutis Vera)
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis, tetapi batas ini tidak jelas, yang menjadi patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Lapisan dermis dibentuk oleh jaringan ikat, pembuluh darah, pembuluh limfe, syaraf, kelenjar keringat, kelenjar minyak kulit, dan follikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan:
*      Pars Papilaris (Stratum Papilar / Lapisan Luar), pada lapisan ini terdapat papil-papil yang terdiri dari bundel-bundel ujung syaraf, ujung-ujung pembuluh limfe, ujung-ujung kapiler, dan juga terdapat benda taktil (tactil corpuscle) yang banyak terdapat pada daerah telapak tangan. Benda taktil ini berfungsi sebagai reseptor rasa raba.
*      Retikularis (Stratum Retikularis / Lapisan Dalam), pada lapisan ini terdapat jaringan-jaringan ikat fibrous dan elastic, jaringan lemak, dan kelenjar-kelenjar.

c.       Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai tempat shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang yang menimpa pada kulit, isobator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot, kemudian baru terdapat otot.

2.       Pembuluh Darah dan Saraf Kulit
a.       Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu:
·         Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla kori.
·         Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara korium dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi ke alat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Dalam hal ini, percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah balik / vena yang akan membentuk anyaman, yaitu anyamanpembuluh darah balik yang ke dalam. 1/5 bagian darah beredar melalui kulit. Pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit / melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri dan emosi. Penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara refleks.

b.      Persarafan Kulit
Pada kulit terdapat cabang-cabang saraf spinal. Permukaan kulit terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit. Sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-ujung saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan. Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit / nyeri banyak terdapat di epidermis.
Pada kulit terdapat ujung-ujung saraf yang berfungsi sebagai reseptor (penerima rangsangan), yaitu:
*      Reseptor untuk dingin yaitu organ dari Krause.
*      Reseptor untuk panas yaitu organ dari ruffini.
*      Reseptor untuk raba yaitu benda-benda dari meissner.
*      Reseptor untuk tekan yaitu benda dari pacini.
*      Reseptor untuk nyeri yaitu ujung syaraf bebas.
Dari reseptor ini, rangsangan akan diteruskan melalui serat saraf sensoris ke medulla spinalis untuk diteruskan ke pusat sensoris di otak, barulah suatu sensasi pada kulit ini dapat dirasakan.

3.       Bagian Kulit
Derivat (turunan) dari kulit yaitu:
*      Kuku
*      Rambut
*      Muskulus Errector Pili
*      Glandula Sebacea
*      Glandula Sudorifera

a.       Kuku
Kuku terdapat pada ujung jari. Kuku tumbuh secara multiplikasi dari stratum germinativum. Sel berubah menjadi keras dan pipih. Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku mendapat persarafan dan pembuluh darah yang banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit merupakan awal kuku tumbuh , badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas. Bagian dari kuku terdiri dari ujung kuku atas ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar, dan akar kuku (radiks).

b.      Rambut
Rambut tumbuh dari epidermis, berkembang menjadi follikel rambut. Follikel rambut dibatasi oleh epidermis di sebelah atas, di dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh. Follikel rambut akhirnya dikenal sebagai akar rambut dan bagian sebelah luar tumbuh jadi batang rambut. Akar berada di dalam follikel pada ujung paling dalam.
Rambut terdiri dari:
*      Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot.
*      Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis.
*      Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh.
*      Rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak).
Pertumbuhan rambut juga secara multiplikasi. Rambut tumbuh pada seluruh permukaan kulit kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki. Pertumbuhan rambut juga dipengaruhi hormone sex yaitu pada tempat-tempat tertentu seperti di pubis, ketiak, dan kumis.

c.       Muskulus Errector Pili
Muskulus Errector Pili merupakan serat otot dari lapisan papiler dermis yang mempunyai insersi pada akar rambut. Otot ini akan berkontraksi bila hari dingin sehingga pada saat itu rambut akan berdiri.

d.      Glandula Sebacea
Kelenjar Sebacea terdapat pada seluruh kulit, kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar ini banyak terdapat pada kulit kepala, muka, sekitar hidung, telinga luar, dan anus. Sebum yaitu sekresi kelenjar sebacea yang terdiri dari lemak, kolesterol, albumin dan bahan garam. Bayi yang baru lahir banyak mengandung sekresi glandula sebacea ini, yang disebut vernix caseosa.
Kelenjar sebacea berasal dari rambut yang bermuara pada saluran follikel rambut untuk melumasi rambut dan kulit yang berdekatan. Kelenjar ini kantongnya dalam kulit, bentuknya seperti botol dan bermuara dalam follikel rambut.



e.      Glandula Sudorifera (Kelenjar Keringat)
Kelenjar ini banyak terdapat pada ketiak, telapak tangan, telapak kaki, dan kening. Kelenjar keringat mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar lurus yang merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan. Kelenjar ini terdiri dari badan kelenjar, saluran kelenjar, dan muara kelenjar.
Kelenjar keringat adalah alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh, berkurang pada waktu iklim dingin dan meningkat pada waktu suhu panas. Sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air dan sedikit garam yang dikeluarkan melalui difusi secara sederhana, ± 500 cc / hari.

4.       Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting, selain menjalin kelangsungan hidup secara umum, yaitu:
a.       Fungsi Proteksi. Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol, dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar, misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
b.      Proteksi Rangsangan Kimia. Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5 – 6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
c.       Fungsi Absorbsi. Kulit yang tidak sehat mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
d.      Fungsi Kulit sebagai Pengatur Panas. Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36 – 37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu:
*      Vasodilatasi. Kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh.
*      Vasokonstriksi. Pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan.
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Pada bayi dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstra cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edema karena labih banyak mengandung air dan natrium.
Cara pelepasan panas dari kulit:
*      Penguapan dengan banyaknya darah mengalir melalui kapiler kulit.
*      Pancaran panas dari udara sekitarnya.
*      Panas dialirkan ke benda yang disentuh seperti pakaian.
*      Pengaliran udara panas.
e.      Fungsi Ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
f.        Fungsi Persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotic.
g.       Fungsi Pembentukan Pigmen. Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tironase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari mempengaruhi melanosit. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
h.      Fungsi Kretinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan berindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira  14 – 21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-fisiologik.
i.         Fungsi Pembentukan Vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

5.       Fisiologi Indra Raba
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf yang di kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Panas, dingin, dan sakit ditimbulkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu benda, misalnya mengenai otot dan tulang. Pancaindra peraba terdapat pada kulit. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar dan diteruskan ke pusat saraf di otak.
Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit. Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia. Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit, kemudian sensasi raba, dingin dan panas. Reseptor yang terletak di lapisan epitel, ditemukan pada mukosa mulut dan traktus respiratorius untuk rasa raba dan sakit, dan jaringan epitel gepeng berlapis-lapis pada bagian akar rambut. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat sangat banyak terletak pada kulit di bawah lapisan mukosa di sekitar sendi, pleura, endokardium, peritoneum, dan lain-lain.

B.      MATA (PENGLIHATAN)
Mata terletak di dalam rongga orbita (cavum orbita). Mata merupakan alat penerima rangsangan untuk penglihatan berupa cahaya, kemudian diteruskan ke otak (pusat penglihatan) oleh Nervus II (Nervus Opticus). Indra penglihatan terletak pada mata (organ visus), yang terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan oculus (bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus (urat saraf cranial kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.

1.       Organ Okuli Assesoria (Alat Bantu Mata)
Terdapat di sekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri dari:
a.       Kavum Orbita. Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan, dan ke dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang: Os Frontalis, Os Zigomatikum, Os Sfenoidal, Os Etmoidal, Os Palatum, dan Os Lakrimal. Rongga mata mempunyai beberapa celah yang menghubungkan rongga mata dengan rongga otak, rongga hidung, rongga etmoidalis dan sebagainya. Rongga bola mata ini berisi jaringan lemak, otot, fasia, saraf, pembuluh darah dan apparatus lakrimalis.
b.      Supersilium (Alis Mata). Merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik. Selain itu juga dapat melindungi mata terhadap keringat yang mengalir dari kening.
c.       Palpebra (Kelopak Mata). Merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih lebar dari kelopak mata bawah. Kelopak mata terdiri dari 2 bagian, kelopak mata atas dan kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata). Kelopak mata atas lebih mudah digerakkan yang terdiri dari muskulus levator palpebra superior. Pada tepi kelopak mata terdapat silia (bulu mata). Tarsus merupakan bagian dari kelopak mata yang berlipat-lipat. Pada kedua tarsus terdapat beberapa kelenjar, yaitu: kelenjar tarsalia, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Fungsi kelopak mata sebagai pelindung bola mata terhadap gangguan pada bola mata.
d.      Apparatus Lakrimalis (Air Mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius, lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian depan bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimalis terus ke meatus nasalis inferior. Air mata akan melarutkan debu-debu yang masuk ke mata. Air mata ini selalu membasahi permukaan kornea agar tidak kekeringan. Jika kornea kekeringan, akan terjadi kerusakan kornea.
e.      Muskulus Okuli (Otot Mata). Merupakan otot ekstrinsik mata, terdiri dari 7 buah otot, 6 buah otot di antaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat kelopak mata ke atas.
*      Muskulus Levator Palpebralis Superior Inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata.
*      Muskulus Orbikulus Okuli (Otot Lingkar Mata), fungsinya untuk menutup mata.
*      Muskulus Rektus Okuli Inferior (Otot di Sekitar Mata), fungsinya untuk menutup mata.
*      Muskulus Rektus Okuli Medial (Otot di Sekitar Mata), fungsinya menggerakkan mata dalam (bola mata).
*      Muskulus Obliques Okuli Inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
*      Muskulus Obliques Okuli Superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan ke luar.
Muskulus rektus okuli berorigo pada annulus tendineus komunis, merupakan sarung fibrosus yang menyelubungi nervus optikus. Strabismus (juling) disebabkan tidak seimbangnya atau paralisis kelumpuhan fungsi dari salah satu otot mata.
f.        Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa yang melapisi kelopak mata bagian dalam. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis.

2.       Oculus (Mata)
Oculus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari organ visus.

a.       Tunika Okuli
Tunika okuli merupakan lapisan luar mata yang terbentuk dari jaringan fibrous.
Tunika okuli terdiri dari:
*      Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya (transparan), dan melapisi bola mata 1/6 bagian depan yang merupakan lanjutan dari sclera pada bagian depan. Terbentuk dari jaringan ikat fibrous, dan tidak berwarna. Melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sclera,terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sclera disebut sclera corneal junction. Kornea ini merupakan tempat pertama yang dimasuki cahaya pada mata. Permukaan kornea ini selalu basah oleh air mata agar tetap bersih dan transparan.
*      Sclera, merupakan lapisan fibrosa yang elastic yang merupakan bagian dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata, dan melapisi 5/6 bagian posterior dari bola mata. Bagian depan sclera tertutup oleh kantong konjungtiva. Jaringan fibrousnya lebih tebal pada bagian samping dari bagian depan, dan ini akan mempertahankan bentuk bola mata tetap. Pada ujung depan terdapat sinus vena yang disebut calas schlem, tempat bermuara cairan mata dari camera oculi anterior.

b.      Tunika Vaskulosa Okuli
Tunika Vaskulosa Okuli merupakan lapisan tengah mata dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi atas 3 bagian, yaitu:
*      Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembap, berwarna merah coklat, dan terdapat pada permukaan dalam sclera dan di bagian belakang tunika vaskulosa. Fungsinya memberikan nutrisi pada tunika. Koroid terdiri dari anyaman kapiler yang berisi darah.
*      Korpus Siliaris, merupakan lapisan yang tebal, terbentang mulai dari ora serata sampai ke iris. Bentuk keseluruhan seperti cincin. Korpus siliaris terdiri dari orbikulus siliaris, korona siliaris, dan muskulus siliaris. Orbikulus siliaris tebalnya 4 mm, dan berhubungan langsung dengan bagian anterior koroid. Di samping depan akan membentuk sudut dengan kornea. Pada bagian medial terdapat korona siliaris, tempat tergantung pinggir lensa. Lensa digantung dengan ligamentum suspensorium (zonula zenii). Muskulus siliaris berguna mengatur kecembungan lensa akomodasi. Jika muskulus siliaris berkontraksi maka ligamentum suspensorium akan relaksasi. Akibatnya lensa akan semakin cembung. Begitu pula sebaliknya. Korpus siliaris menghasilkan cairan mata yang akan mengalirkan camera oculi posterior (di belakang iris), kemudian akan membasahi permukaan depan lensa terus ke camera oculi anterior (COA), dan akhirnya bermuara ke sudut antara kornea dengan korpus siliaris pada canals schlem terus ke dalam aliran darah.
*      Iris, merupakan lingkaran lanjutan dari korpus siliaris, dan merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, mempunyai pigmen sehingga berwarna hitam atau coklat, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak bagian berlubang yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata. Bagian belakang dari ujung iris menempel pada lensa mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai ke korpus siliaris. Pada iris terdapat 2 buah otot, yaitu: muskulus sfingter pupila pada pinggir iris, dan muskulus dilator pupila yang terdapat agak ke pangkal iris, banyak mengandung pembuluh darah, dan sangat mudah terkena radang, bisa menjalar ke korpus siliaris. Iris ini tidak tembus cahaya dan berguna sebagai diafragma terhadap cahaya yang masuk ke mata. Jika cahaya terlalu banyak masuk ke mata maka pupil mengecil, dan jika cahaya sedikit maka pupil melebar (medreasis). Pupil yang mengecil disebut miosis.

c.       Tunika Nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, yang terdiri dari jaringan saraf, yaitu retina. Retina dibagi atas 3 bagian:
*      Pars Optika Retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa bola mata.
*      Pars Siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliaris.
*      Pars Iridika, melapisi bagian permukaan belakang iris.
Retina terdapat di bagian belakang yang berlanjut sampai ke nervus optikus. Secara histology retina terdiri dari 10 lapisan. Lapisan retina yaitu:
·         Lapisan 1, lapisan berpigmen.
·         Lapisan 2, 4 dan sebagian 5, lapisan fotoreseptika.
·         Lapisan 5 (sisa), 6, 7, 8, 9, merupaka lapisan neuron.
·         Lapisan 3 dan 10, sebagai lapisan penunjang.
Pada daerah macula lutea, retina mengalami penyederhanaan sesuai dengan fungsinya untuk melihat jelas. Semua akson dari neuron ganglion berkumpul pada bagian belakang dari diskus optikus (papilla). Diskus optic disebut juga titik buta, oleh karena cahaya yang jatuh di daerah ini memberikan kesan dapat melihat. Bulbus okuli berisi 3 jenis cairan refracting media dan masing-masing cairan mempunyai kekentalan yang berlainan.
*      Cairan akueus, cairan seperti limfe yang mengisi bagian depan mata. Cairan ini diperkirakan dihasilkan oleh prosessus siliaris, kemudian masuk ke dalam camera okuli posterior, melalui celah Fontana (sudut iris), masuk ke dalam camera okuli anterior. Setelah masuk melalui saluran schlem menghilang ke dalam pembuluh vena siliaris anterior.
*      Lensa kristalina, merupakan massa yang tembus cahaya berbentuk bikonkaf, terletak antara iris dan korpus vitrous yang sangat elastic. Kedua ujung lensa ini diikat oleh ligamentum suspensorium, lensa ini terdiri dari 5 lapisan.
*      Korpus vitrous, merupakan cairan bening kental seperti agar, terletak antara lensa dan retina. Isinya merupakan 4/5 bagian dari bulbus okuli, sehingga bola mata ini tidak kempes.

Mekanisme Penglihatan
                Suatu benda akan memantulkan cahaya ke mata melalui kornea, camera okuli anterior, dan lensa. Pada lensa, sinar yang sejajar dengan sumbu akan dibiaskan ke titik api (focus) lensa dan kemudian terbentuk bayangan yang terbalik jatuh pada retina. Pada retina, cahaya ini akan diubah dalam bentuk impuls secara proses fotokimia. Dari retina, impuls akan diteruskan ke pusat penglihatan melalui N. II. Pada pusat penglihatan di lobus occipitalis, impuls tadi akan diolah (diproses) sehingga kita dapat melihat benda itu. Dengan adanya pengolahan rangsangan di pusat penglihatan, kita dapat mengerti tentang benda yang kita lihat. Kita juga dapat membedakan benda-benda yang kita lihat.
Jika salah satu rantaian ini terputus (rusak) maka benda itu tidak dapat kita lihat. Jadi, kebutaan dapat terjadi jika terjadi kerusakan salah satu rantaian mekanisme panglihatan.

Kelainan Refraksi
a.       Myopia, yaitu terang dekat dan rabun jauh. Keadaan ini dapat dikoreksi (dibantu) dengan memakai kacamata lensa negative. Kelainan ini banyak terjadi pada anak muda.
b.      Hypermetropia, yaitu terang jauh dan rabun dekat. Keadaan ini dapat dikoreksi (dibantu) dengan memakai kacamata lensa positif. Biasanya ini banyak terdapat pada orang tua.
c.       Astigmatisme, yaitu benda yang dilihat tidak mempunyai satu focus. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan memakai lensa silinder.

C.      TELINGA (PENDENGARAN)
Telinga dapat dibagi atas:
1.       Telinga luar
2.       Telinga tengah
3.       Telinga dalam

1.       Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari:
a.       Aurikula (Daun Telinga), berfungsi menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam telinga. Daun telinga merupakan tulang rawan yang ditutupi kulit, sedikit mengandung jaringan ikat dan jaringan lemak.
b.      Meatus Akustikus (Liang Telinga), merupakan saluran penghubung aurikula (daun telinga) dengan membrane timpani (rongga telinga tengah), panjang ± 2,5 cm, terdiri dari 1/3 bagian tulang rawan pada bagian luar, dan 2/3 bagian merupakan tulang keras (tulang tengkorak) pada bagian dalam. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat, khususnya menghasilkan secret-sekret berbentuk serum.
c.       Membrane Timpani, antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang disebut membrane timpani. Membrane timpani merupakan selaput yang berbentuk bujur telur. Permukaan dalamnya dilapisi oleh mukosa dan permukaan luarnya dilapisi oleh kulit. Membrane tempani akan menerima getaran suara dari luar dan meneruskan ke tulang-tulang pendengaran. Warna membrane timpani ini putih mengkilat seperti mutiara. Jika ada peradangan telinga tengah secara akut (OMA) maka warnanya akan menjadi merah. Jika terjadi proses penanahan dalam telinga tengah, maka membrane timpani ini bisa tembus (perforasi) yang akan dilewati oleh nanah keluar telinga. Jika sembuh, lobang ini tetap ada dan menimbulkan tuli hantar.

2.       Telinga Tengah (Cavum Tympani)
Telinga tengah terdiri dari:
a.       Kavum Timpani, rongga di dalam tulang temporalis yang di dalamnya terdapat 3 buah tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes yang melekat pada bagian dalam membrane timpani. Bagian dasar tulang stapes membuka pada fenestra ovalis. Ketiga tulang tersebut merupakan rantaian tulang yang akan meneruskan getaran suara dari membrane timpani ke telinga dalam. Kavum timpani ini dilapisi oleh selaput mukosa dan di sebelah bawah terdapat saluran yang berhubungan dengan faring, yaitu tuba eustachius.
b.      Antrum Timpani, merupakan rongga tidak teratur yang agak luas, terletak di bagian bawah samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa, merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat di belakang bawah antrum, di dalam tulang temporalis. Dan adanya hubungan ini dapat mengakibatkan menjalarnya proses radang.
c.       Tuba Auditiva Eustaki, merupakan saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring ke bawah agak ke depan, di lapisi oleh lapisan mukosa.
Telinga tengah merupakan rongga yang dibatasi:
·         Sebelah atas                      : dasar tengkorak
·         Sebelah bawah                 : rongga faring
·         Sebelah lateral                  : gendang telinga
·         Sebelah medial                 : telinga dalam
·         Sebelah depan                  : os squamosa
·         Sebelah belakang            : os mastoidea

3.       Telinga Dalam
Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pylorus temporalis, disini terdapat reseptor pendengaran, dan pendengar yang disebut labirin. Labirin terdiri dari:
a.       Labirintus Osseous (Labirin Tulang), merupakan serangkaian saluran bawah, dikelilingi oleh cairan yang dinamakan perilimfe. Labirin tulang terdiri dari:
*      Vestibulum. Bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra ovale dan fenestra rotundum dan pada bagian belakang atas menerima muara kanalis semisirkularis.
*      Koklea. Koklea berbentuk seperti rumah siput, pada koklea ini ada 3 pintu yang menghubungkan koklea dengan vestibulum, kavum timpani dan dengan kanalis koklearis.
*      Kanalis Semisirkularis. Merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari 3 saluran. Saluran yang satu dengan yang lainnya membentuk sudut 90%; kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis posterior, dan kanalis semisirkularis lateralis.
b.      Labirintus Membranosus (Labirin Selaput), terdiri dari:
*      Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng, terpaut pada tempatnya oleh jaringan ikat. Di sini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong disebut macula akustika utrikulo. Pada dinding belakang utrikulus ada muara dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan utrikulus dengan sakulus.
*   Sakulus, bentuknya agak lonjong, lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapat nervus akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut-serabut halus cabang nervus akustikus yang berakhir pada macula akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada duktus reunion yang membungkus sakulus dengan duktus koklearis. Di bagian sudut sakulus ada saluran halus yang disebut duktus endolimfatikus, berjalan melalui aquaduktus vestibularis menuju permukaan bagian bawah tulang temporalis dan berakhir sebagai kantong buntu disebut sakus endolimfatikus, yang terletak di lapisan otak duramater.
*   Duktus Semisirkularis, ada 3 tabung selaput semisrkularis yang berjalan dalam kanalis semisirkularis (superior, posterior, dan lateralis). Penampangnya kira-kira 1/3 penampang kanalis semisirkularis. Bagian duktus yang melebar disebut ampula selaput. Setiap ampula mengandung satu celah sulkus ampularis merupakan tempat masuknya cabang ampula nervus akustikus, sebelah dalam ada Krista ampularis yang terlihat menonjol ke dalam yang menerima ujung-ujung saraf.
*   Duktus Koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. Atap duktus koklearis terdapat membrane vestibularis pada alasnya terdapat membrane basilaris. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu (seikum vestibular) dan berakhir tepat di seberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare). Pada membrane basilaris ditemukan organ korti sepanjang duktus koklearis yang merupakan hearing sense organ.

Mekanisme Pendengaran
                      Getaran suara dari luar akan ditangkap oleh daun telinga dan akan dihantarkan ke telinga dalam dengan cara 2 macam hantaran:
1.       Hantaran Udara (Dalam Keadaan Normal)
Dari daun telinga, getaran suara diteruskan ke mambran timpani, ke tulang pendengaran (maleus, incus, dan stapes). Di sini getaran akan dipertinggi frekuensinya sampai 20 kali lipat sehingga getaran menjadi lebih besar. Kemudian getaran diteruskan ke telinga dalam yaitu melalui cairan endolymph diteruskan ke organ corti. Pada organ corti getaran akan diubah menjadi impuls dan diteruskan ke pusat pendengaran di otak (lobus temporalis) melalui nervus acusticus. Pada pusat pendengaran, rangsangan ini akan diolah (diproses ) sehingga bunyi itu dapat kita dengar.
2.       Hantaran Tulang (Dalam Keadaan Abnormal)
Contohnya, pada kerusakan membrane timpani atau kerusakan tulang pendengaran, getaran suara dari liang telinga yang melalui tulang tengkorak langsung ke telinga dalam tanpa melalui telinga tengah karena telinga tengah rusak. Dari telinga dalam (organ corti) getaran diteruskan ke pusat pendengarahan melalui nervus acusticus dan di otak akan diolah seperti biasanya. Hambatan udara lebih baik 2 kali lipat daripada hantaran tulang.

Macam-Macam Tuli
1.       Tuli Hantar, yaitu terjadinya kerusakan pada salah satu alat mulai dari telinga luar sampai ke telinga tengah.
2.       Tuli Saraf, yaitu terjadinya kerusakan pada salah satu alat mulai dari telinga dalam sampai ke pusat pendengaran (berupa saraf).

D.      HIDUNG (PENCIUMAN)
Alat pencium terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung, dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktori dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf olfaktorius terletak di atas tulang etmoidalis.
Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lendir. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernapas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis.

1.       Fisiologi Penciuman
Bau yang masuk ke dalam rongga hidung akan merangsang saraf (nervus olfaktorius) dari bulbus olfaktorius. Indra bau bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat perasaan itu ditafsirkan. Rasa pencium dirangsang oleh gas yang diisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk waktu yang cukup lama. Contoh: orang yang berada dalam suatu ruangan yang sesak dan pengap, tidak merasakan bau yang enak, sementara di lain pihak bau segera menyengat hidung orang yang baru datang dari lingkungan udara segar.

a.       Rangsangan Reseptor
Rangsangan reseptor hanya berespons terhadap senyawa yang kontak dengan epitel olfaktorius dan dilarutkan dalam lapisan tipis mucus yang menutupinya. Molekul penghasil bau mengandung 3-20 atom karbon yang mempunyai bau yang berbeda.

b.      Diskriminasi Bau
Manusia membedakan bau antara 2000-4000 bau yang berbeda dan menghasilkan pola ruang yang berbeda dari peningkatan aktivitas metabolik di dalam olfaktori. Bau khusus bergantung pada pola ruang perangsang reseptor di dalam membran mukosa olfaktorius. Bila seseorang secara kontinu terdapat pada bau yang paling tidak disukai, maka persepsi bau menurun kemudian berhenti. Ini disebabkan oleh adaptasi yang cukup cepat yang timbul dalam system olfaktorius.

2.       Kelainan pada Penciuman
Rasa penciuman akan lemah apabila selaput lendir hidung sangat kering, basah atau membengkak seperti keadaan influenza. Rasa penciuman akan hilang sama sekali akibat komplikasi dari suatu cedera pada kepala. Ambang penciuman meningkat dengan bertambahnya usia. Umur di atas 80 tahun, 75% kemampuan penciuman untuk mengidentifikasi bau terganggu. Beberapa gangguan penciuman meliputi:
*      Anosmia, tidak adanya indra penciuman.
*      Hiposmia, pengurangan sensitivitas olfaktorius.
*      Disosmia, indra penciuman berubah.

E.       LIDAH (PENGECAP)
Lidah terletak pada dasar mulut, ujung serta tepi lidah bersentuhan dengan gigi, dan terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir yang dapat digerakkan ke segala arah.
Pada lidah terdapat reseptor pengecap yang disebut taste bud. Taste bud ini merupakan papilla mukosa lidah. Pada papilla terdapat ujung-ujung saraf sensoris yang akan membawa rangsangan kecap ke otak. Macam-macam papilla lidah adalah:
1.       Papilla Valata, adalah papilla yang terbesar pada lidah yang berbentuk V yang terdapat pada pangkal lidah.
2.       Papilla Fungiformis, bentuknya seperti cendawan dan terdapat pada ujung dan pinggir lidah.
3.       Papilla Foliformis, menutupi 2/3 anterior lidah, bentuknya seperti ujung jarum.
4.       Simple Papila, merupakan papilla yang besar seperti papilla kulit yang terdapat pada mukosa dorsal lidah.
Lidah terdiri dari dua kelompok yaitu otot intrinsic melakukan gerak halus dan otot ekstrinsik yang melaksanakan gerakan kasar pada waktu mengunyah dan menelan. Lidah terbagi menjadi:
*      Radiks Lingua (pangkal lidah).
*      Dorsum Lingua (punggung lidah).
*      Apeks Lingua (ujung lidah).
Bila lidah digulung ke belakang tampak permukaan bawah yang disebut frenulum lingua, sebuah struktur ligamen yang halus mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Selaput lendir (membrane mukosa) lidah selalu lembap.
                Makanan dapat dirasakan kalau makanan dalam bentuk cair dan halus bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan yang berbeda-beda dan menimbulkan kesan rasa yang berbeda pula. Lidah memiliki persarafan yang majemuk dari saraf hipoglosus (saraf otak XII) dan dipersarafi juga oleh saraf cranial VII (nervus fasialis) dan saraf IX (glosofaringeus) yang membawa impuls saraf. Kelenjar ludah mengeluarkan saliva kira-kira ½ liter dalam 24 jam untuk mengolah enzim amylase, sebagai katalisator dalam perubahan karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida.

Fisiologi Pengecap
                Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang enak atau tidak enak dan sebagai alat refleks. Dengan adanya rasa asam, asin, pahit, manis dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar.
Sensasi Pengecapan Dasar
Senyawa pahit dikecap pada dorsum lingua, senyawa asam dikecap pada sepanjang tepi lidah, manis dikecap pada ujung lidah, dan asin dikecap pada lingua anterior. Keempat sensasi dapat diindrakan pada faring dan epiglottis.
*      Rasa Asam, intensitas dari sensasi rasa hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hydrogen, yaitu semakin asam suatu rasa semakin kuat sensasi dibentuk.
*      Rasa Asin, kualitas rasa berbeda antara garam satu dengan garam yang lain. Kation membentuk rasa asin, anion juga berperan membentuk rasa asin walaupun sedikit.
*      Rasa Manis, tidak dibentuk oleh satu sensasi kimia saja (mis. Gula, glikol, aldehid, keton. Amida, dan asam amino). Kebanyakan substansi yang membentuk rasa manis adalah substansi kimia organic. Perubahan sangat kecil pada radikal sederhana mengubah sensasi rasa dari manis menjadi pahit.
*      Rasa Pahit, substansi yang membentuk rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi organic; substansi organic rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alcohol meliputi banyak zat yang digunakan dalam obat-obatan.
Sel reseptor berespons terhadap senyawa yang dilarutkan dalam cairan mulut yang memandikannya. Senyawa ini bekerja atas mikrofili yang terpapar dalam pori pengecapan untuk membangkitkan potensial generator di dalam sel reseptor yang membentuk potensial aksi dalam neuron sensorik.
                Kemampuan manusia membedakan intensitas pengecapan relative kasar. Perubahan 30% konsentrasi senyawa kecap diperlukan sebelum perbedaan dapat dideteksi. Bau makanan dapat masuk ke nesofaring  dan merangsang system penciuman ribuan kali kekuatan system pengecapan. Cita rasa yang disukai mengandung elemen rangsangan nyeri, misalnya rasa pedas, kekentalan dan suhu makanan menyokong cita rasa makanan. Ambang pengecapan, terutama rasa asam, menginduksi terjadinya salvias melalui refleks. Impuls dari traktus solitaries merangsang pusat saliva dari batang otak yang menyebabkan refleks peningkatan sekresi liur lambung oleh refleks pengecapan.
Fungsi saliva:
1.       Fungsi mekanis (mencampur ludah dengan makanan sehingga menjadi lunak setengah cair dan mudah ditelan).
2.       Fungsi kimia (enzim ptyalin mengubah hidrat arang menjadi maltose, enzim maltose menjadi glukosa).
3.       Membasahi lidah, pipi dan langit-langit (palatum) yang penting dalam proses berbicara.
4.       Melarutkan makanan yang kering hingga dapat dirasakan (mis. Gula dan daram).
5.       Mencegah gigi menjadi karies, mengubah suasana asam yang ditimbulkan oleh bakteri pembusuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar