Jumat, 21 Desember 2012

Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelayanan Kebidanan pada Ibu Bersalin

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV

DEA HERVIAN AGUSTIN
IRA RADHIYAH RAHMANA AZI
NURKHAIRA MANEL
RINI GUSTINA SARI
SRI AGUSTIN
ZAHRATUL AYINI

DOSEN PEMBIMBING:
Hj. DJUSMANIDAR, S.KM


PRODI DIII KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
2010 / 2011


ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1.      Aturan dalam Kehidupan
Tingginya angka kematian ibu dan bayi, disebabkan oleh beberapa  faktor, salah satunya masih banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa dukun seutuhnya tanpa mempertimbangkan beberapa hal yang membahayakan ibu dan kandungannya. Bahkan, banyak suami yang melarang istrinya ataupun istri yang tidak mau berkonsultasi ke bidan, karena menganggap dukunlah yang lebih mahir. Selain itu, di beberapa daerah juga ada peraturan, untuk mengambil suatu keputusan harus dengan persetujuan keluarganya. Misalnya: seorang ibu yang sudah akan melahirkan, tapi ia tidak diizinkan oleh suami ataupun keluarganya untuk melahirkan ke bidan. Hal tersebut menyebabkan ibu tersebut terlambat diberi pertolongan dan itu sangat membahayakan. Atau ibu itu akan ditolong oleh dukun kepercayaan keluarganya, padahal dukun tersebut tidak mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang baik dalam menolong persalinan. Mereka hanya mempunyai pengetahuan turun-temurun yang belum tentu benar. Dan hal tersebut bisa berakibat fatal bagi ibu dan bayi. Disini terlihat, aturan dalam kehidupan sangat mempengaruhi pelayanan kebidanan pada ibu bersalin.


2.      Pengetahuan / Pendidikan
Kebanyakan masyarakat pedesaan mempunyai pengetahuan yang terbatas tentang persalinan. Mereka tidak mengetahui tentang tanda-tanda persalinan, bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dalam persalinan, dan banyak lagi hal lainnya tentang seluk-beluk persalinan. Orang pedesaan umumnya masih melakukan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Padahal hal tersebut banyak yang tidak sesuai dengan aturan kesehatan, bahkan ada yang mengganggu dan membahayakan proses persalinan.
Selain itu, tingkat pendidikan mereka juga rendah. Mereka tidak menerima pendidikan yang cukup mengenai persalinan.
Contoh: Seorang ibu yang akan melahirkan anak pertamanya, tapi ia tidak mengetahui tanda-tanda bahwa ia akan melahirkan. Misalnya ketubannya sudah pecah, tapi ia mengabaikan hal tersebut karena ia tidak mengetahui bahwa itu adalah salah satu tanda-tanda akan melahirkan. Sehingga ibu itu akan terlambat dalam mendapatkan pertolongan dan dapat membahayakan bagi ibu dan bayi. Hal tersebut bisa terjadi karena pendidikan ibu yang rendah, atau kurangnya pengetahuan tentang persalinan.

3.      Ekonomi
Kebutuhan ekonomi sangat mempengaruhi keberlangsungan persalinan yang dilakukan. Setiap  kali bersalin, klien harus memberikan sejumlah uang sebagai balasan jasa.  Tetapi, tak semua orang mampu untuk membayarnya, karena kehidupan ekonomi  tiap orang berbeda.
Misalnya: untuk melahirkan di tempat bidan, biasanya membutuhkan dana yang besar. Biayanya cenderung lebih mahal daripada melahirkan di tempat dukun. Kalau seorang yang mampu dalam bidang materi, tentu mereka tidak akan memikirkan masalah keuangan dalam persalinan. Tapi bagi masyarakat pedesaan yang umumnya memiliki perekonomian yang rendah, mereka akan berfikir beberapa kali untuk melahirkan di tempat bidan karena masalah keuangan. Mereka lebih memilih melakukan persalinan di tempat dukun yang tentunya tidak memerlukan biaya yang banyak seperti di tempat bidan. Mereka tidak memikirkan bahaya yang akan terjadi. Selain itu keselamatan ibu dan bayi juga tidak akan terjamin.


4.      Adat Istiadat
Di beberapa daerah, perlengkapan dalam persalinan biasanya disediakan oleh mertua, yang diantarkan langsung ke tempat persalinan. Selain itu, biasanya di desa-desa atau di kota-kota, pada saat persalinan ibu ditemani oleh saudara-saudaranya, baik saudara jauh maupun saudara dekat beserta keluarganya.


5.      Kepercayaan
Di dalam masyarakat, banyak terdapat mitos-mitos yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun. Pada proses persalinan, juga banyak terdapat mitos-mitos, seperti:
·         Untuk melancarkan persalinan, si ibu harus meminum minyak goreng, sebelum masa-masa persalinan. Karena dalam masyarakat, hal ini dipercaya dapat melicinkan jalan lahir bayi.
Faktanya, dalam bidang kesehatan, hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil, yang akan menjalani proses persalinan karena hal itu dapat berpengaruh terhadap keseimbangan cairan tubuh si ibu. Karena minyak yang dikonsumsi si ibu dapat menjadi penyakit yang mungkin nantinya dapat memperburuk kondisi ibu.
Untuk meningkatkan kesehatan ibu, bidan harus mampu memberikan penyuluhan terhadap pengkonsumsian minyak ini, agar para ibu mengetahui kerugian dalam mengkonsumsi minyak tersebut.
·         Pada saat bulan terakhir kehamilan, si ibu tidak boleh mengkonsumsi jengkol karena dapat menyebabkan  darah yang keluar saat persalinan, berbau busuk dan amis.
Hal itu memang benar adanya, karena jengkol yang dikonsumsi itu mengeluarkan bau busuk.


6.      Agama / Religi
Agama juga merupakan salah satu fator yang mempengaruhi persalinan. Kalau seorang ibu yang akan melahirkan itu mempunyai iman yang baik, waktu persalinan dia akan banyak mengucapkan kalimat-kalimat Allah SWT, menyebut nama Allah SWT, dan ada juga yang mengaji. Namun selain itu, ada juga ibu yangmempunyai iman yang lemah, sewaktu persalinan dia menyebut-nyebut kata-kata kotor, memaki suaminya, orang tuanya, berteriak-teriak takkaruan, bahkan bidannya juga ada yang dimaki. Keluarga juga dapat membantu dengan berdzikir dan membaca al-qur’an agar si ibu dapat merasakan ketenangan.


7.      Bahasa
Bahasa sangat mempengaruhi keberhasilan dalam persalinan, karena dengan bahasa akan terjalin komunikasi yang baik antara bidan/tenaga medis lainnya dengan ibu. Setiap daerah mempunyai bahasa yang berbeda. Dengan adanya berbagai bahasa, masyarakat punya karakter berbahasa masing-masing. Ada ibu yang memiliki bahasa yang baik, sopan, dan mudah dimengerti. Ada ibu yang jika diberi tahu oleh tenaga medis, si ibu mau mengikutinya, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Tapi ada juga ibu yang tidak bisa berbicara dengan sopan, dan tidak mau mengerjakan apa yang disarankan bidan.
Hal itu bisa saja terjadi karena adanya adat-istiadat dan kebiasaan yang ada di suatu daerah. Contohnya: kalau masyarakat Batak, bahasanya yang keras, cenderung orang-orang menilai mereka kurang sopan. Apalagi jika mereka berada di lingkungan orang Minang. Karena dianggap tak sama dengan orang Minang lainnya yang lebih cenderung bicara dengan kelembutan.

8.      Teknologi
Kemajuan ilmu pengetahuan di segala bidang, sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pada masyarakat yang memiliki kehidupan ekonomi yang cukup, tentunya orang tersebut akan mampu mencukupi hidupnya dengan berbagai fasilitas teknologi untuk memeriksa kehamilan dan bersalin.
Contohnya: Jika si bayi susah untuk keluar, bisa digunakan vakum, tentunya hal itu membutuhkan banyak biaya. Selain itu, di masyarakat kota tentunya teknologi sudah banyak digunakan. Lain dengan masyarakat desa, teknologi masih jarang digunakan karena aksesnya yang sulit. Selain itu, juga karena untuk mendapatkannya butuh biaya yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar