Kamis, 08 Januari 2015

MASALAH PRAKONSEPSI PADA PRIA

Data-data yang berkaitan dengan pengaruh pria terhadap kesehatan bayi mereka masih sangat terbatas. Sebagian besar informasi yang muncul saat ini berkaitan dengan peran genetika. Bagi pria dengan riwayat gangguan genetic pribadi atau dalam keluarga, terdapat peningkatan risiko penularan pada anak. Konseling genetic sebelum kehamilan memberi kesempatan baik bagi pria maupun pasangannya untuk lebih waspada terhadap risiko mendapatkan anak dengan kelainan kromosom.

Ada informasi yang menghubungkan kebiasaan mengonsumsi alcohol dan merokok seorang ayah dengan berat lahir rendah bayi yang lahir [Frey, Keith A. Preconception care by the nonobstetrical provider. Mayo Clin. Proc. 77(5):469-473 (May) 2002; and Haug, K., Irgens, L. M., Skaerven, R., et al. Maternal smoking and birthweight: effect modification of period, maternal age and paternal smoking. Acta Obstet. Gynecol. Scand. 79:485-489, 2000]. Pria yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi mendapatkan anak dengan sindrom Down dan anomaly kromosom-lain terkait usia. Baik produksi sperma maupun motilitasnya dapat menurun akibat kebiasaan merokok, penggunaan alcohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat farmasi, sehingga menurunkan fertilitas [Haug, K., Irgens, L. M., Skaerven, R., et al. Maternal smoking and birthweight: effect modification of period, maternal age and paternal smoking. Acta Obstet. Gynecol. Scand. 79:485-489, 2000].

Selain isu terkait dengan gaya hidup dan factor risiko genetic, beberapa penyakit kronis – yang paling sering muncul: diabetes, hipertensi, dan gangguan autoimun – dapat berdampak pada fertilitas seorang pria. Factor medis lain, seperti trauma sebelumnya, penyakit menular seksual, kemoterapi, atau terapi radiasi dapat memengaruhi fertilitas pula. Pengkajian fisik yang menyeluruh sangat dianjurkan bagi seorang pria dengan semua permasalahan. Isu tentang risiko terhadap reproduksi pria harus secara spesifik dibicarakan dengan dokter yang melakukan perawatan primer.

Pajanan di tempat kerja atau di dalam lingkungan dapat menjadi sebuah masalah bagi beberapa pria [Centers for Disease Control and Prevention/National Institute for Occupational Safety and Health. The Effects of Workplace Hazards on Male Reproductive Health. Pub. No. 96-132. January, 1997].

 

Bahaya untuk Reproduksi Pria di Tempat Kerja*

Jenis Pajanan

Efek yang Teramati

Penurunan Jumlah Sperma

Bentuk Sperma Abnormal

Perubahan Pemindahan Sperma

Perubahan Hormon atau Performa Seksual

Timah

X

X

X

X

Dibromokloropropan

X

     

Karbaril (Sevin)

 

X

   

Toluenediamin dan dinitrotoluen

X

     

Etilen dibromid

X

X

X

 

Produksi plastic (stiren dan aseton)

 

X

   

Eter monoetil glikol etilen

X

     

Pengelasan besi

 

X

X

 

Perkloroetilen

   

X

 

Uap air raksa

     

X

Panas

X

 

X

 

Radar militer

X

     

Kepon†

   

X

 

Uap bromida†

X

X

X

 

Radiasi† (Chernobyl)

X

X

X

X

Karbon disulfida

     

X

Asam-2,4 asetat diklorofenoksi

 

X

X

 

* Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa beberapa pria mengalami efek terhadap kesehatan seperti tertera di atas akibat pajanan di tempat kerja. Namun, efek di atas tidak dialami setiap pekerja. Jumlah waktu seorang pekerja terpajan zat berbahaya, jumlah zat yang terpajan, dan factor pribadi lain menentukan apakah seseorang terkena zat berbahaya.

† Pekerja terpajan zat dalam kadar tinggi sebagai akibat kecelakaan di tempat kerja.

Sumber: Dari Centers for Disease and Prevention/National Institute for Occupational Safety and Health. The Effects of Workplace Hazards on Male Reproductive Health. Publikasi. No. 96-132. Januari 1997.

 

Masalah psikososial juga merupakan hal yang sangat penting, tetapi sering kali. Setiap riwayat yang berkenaan dengan gejala depresi, ansietas, atau isu kesehatan jiwa lain harus dipertimbangkan ketika merencanakan sebuah keluarga. Pria sering kali mengamban tanggung jawab stabilitas financial keluarga dan merasakan hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi kelahiran seorang anak. Sebuah kesempatan untuk diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam hubungan serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk mendapat bantuan sebelum konsepsi.

Bagi pria, masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk melakukan skrining rutin HIV dan penyakit PMS lain sekaligus skrining untuk penyakit bawaan sel sabit atau penyakit keturunan lain yang diketahui. Identifikasi factor risiko medis dan genetic serta kebiasaan yang tidak sehat merupakan penerapan yang penting dan nyata dalam perawatan prakonsepsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar