Riwayat bidan di Amerika Serikat dimulai dengan masuknya kolonial di Dunia Baru. Bidan berada di antara wanita pertama yang tinggal di dalam koloni-koloni. Kendati secara pasti bidan telah ada di tengah-tengah orang Amerika Asli, sejarahnya belum dikenali dan diteliti secara umum.
Bidan merupakan profesi penting dalam kehidupan masyarakat colonial dan diperlakukan dengan sangat hormat. Perlakuan khusus diberikan kepada bidan, dan mereka disediakan rumah, tanah, makanan dan honor sebagai pebayaran untuk pelayanan mereka. Informasi ini dicatat dalam catatan dan piagam kota pada pertengahan abd ke-17. Kebidanan hanyalah salah satu dari begitu banyak perawatan kesehatan yang diberikan bidan colonial kepada masyarakat. Sering kali mereka juga berfungsi sebagai perawat yang merawat orang sakit dan orang menjelang kematian serta mempersiapkan tubuh setelah kematian, memandikan, dan melangsungkan pemakaman.
Selama abad ke-19, para wanita perintis menempuh perjalanan melewati dataran luas dengan mengendarai wagon tertutup. Mengikuti jalur Oregon dan Sante Fe. Mereka kemudian menetap di “Bagian Barat” dan di berbagai tempat (dalam kereta wagon, benteng, atau di perkampungan) melahirkan anak dengan bantuan wanita lain yang berfungsi sebagai bidan dalam situasi tersebut. (Raffloer, K. The Experience of Childbirth on the Oregon Trail: A Search for the Presence of Midwives. Master’s thesis. New Haven, CT: Yale University School of Nursing, 1999). Sejarah Mormon mencatat peran terhormat dan fungsi kepahlawanan bidan selama perjalanan mereka dari Illinois ke Utah pada tahun 1846 dan 1847.
Kendati pada awalnya penghargaan diberikan kepada para bidan di dalam koloni dan peran mereka penting bagi segmen lain dalam populasi tersebut selama bertahun-tahun, serangkaian factor telah mengurangi penghargaan terhadap bidan, dari profesi yang dihormati menjadi salah satu profesi yang tidak dihormati pada awal abah ke-20. Factor penyebabnya meliputi sikat agama, tuntutan ekonomi, fungsi bidan digantikan dokter, pendidikan yang tidak adekuat, tidak adaya pengaturan, arus pedatang, dan status wanita yang rendah.
FAKTOR PEMICU BERKURANGNYA PENGHARGAAN
Factor agama menekan bidan sejak awal. Sebagian besar bidan perintis berasal dari Inggris. Di sini pada abad ke-17 surat izin praktik kebidanan harus berada dalam pengawasan Gereja Inggris. Criteria ditetapkan untuk penilaian moral. Criteria tersebut menekankan karakter yang baik dan memberikan kemampuan untuk menjadi tempat pengaduan dosa dan untuk membaptis. Sumpah bidan adalah ikrar yang mengharuskan ibu menamai anaknya dengan nama ayah yang sesungguhnya. Hasil tindakan tersebut tidak selalu dihargai. Di lain pihak, dalam masyarakat Puritan (memegang teguh pada tata susila), bidan seringkali dicurigai melakukan praktik sihir, terutama jika ternyata anak yang lahir mengalami malformasi fisik.
Pada awal abad ke-18, kompensasi yang diberikan tidak selalu cukup bagi bidan. Melakukan praktik kebidanan tidak lagi cukup memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal ini khususnya terlihat jelas di kota yang berkembang pesat. Pada saat itu tidak ada organisasi atau kebijakan untuk menetapkan panduan gaji bidan.
Pada akhir abad ke-18, dalam masyarakat Eropa muncul tren bidan laki-laki (dokter) sebagai pemimpin persalinan. Dengan segera tren ini menyebar ke berbagai benua, dan di tempat tersebut dokter mendapat keuntungan. Fox menuturkan analisis mengenai akar sejarah sikap antipasti terhadap bidan:
Tatkala praktik kedokteran menjadi sangat kompetitif, dokter dan mahasiswa kedokteran diberi nasihat bahwa kehadiran mereka pada saat persalinan akan meningkatkan rasa aman bagi seluruh keluarga, begitu juga bagi pasien. Sebagai contoh, Dr. Walter Channing, seorang lulusan Harvard yang lantang dan sangat berpengaruh, mengajukan keberatannya yang besar terhadap praktik kebidanan yang dilakukan oleh wanita dalam tulisannya “Remarks on Employment of Females as Practitioners in Midwifery,” (1820) dan menekankan bahwa “Wanita jarang lupa pada praktisi yang telah memperlakukan mereka dengan baik dan hati-hati melewati persalinan – mereka merasa tidak asing dengannya, percaya dan bergantung padanya. Hal ini merupakan keuntungan mutual yang sangat penting… Karena alasan utama ini pulalah praktik kebidanan yang dilakukan oleh dokter lebih diinginkan. Inilah yang membuat mereka yakin bahwa semua keperluan mereka akan ditangani dengan baik dan aman.” (Fox, C. G. Toward a sound historical basis for nurse-midwifery. Bull. Am. Coll. Nurse-Midwifery 14(3):76-82 (August)1969).
Dokter laki-laki kemudian menggantikan bidan perempuan.
Abad ke-18 dan ke-19 menandai perkembangan pesat ilmu kedokteran dan keperawatan serta penemuan dan pendidikan yang berhubungan dengan praktik obstetric. Perkembangan ini mencakup berakhirnya penggunaan forsep, alat rahasia keluarga Chamberlen, dan perbaikan semua peralatan ini, perkembangan teknik yang menurunkan risiko praktik seksio sesaria, dirintisnya penggunaan anastesia obstetric, upaya mengatasi demam puerperal, munculnya keperawatan modern pada tahun 1860-an, serta pelibatan obstetric dalam praktik kedokteran. Dokter menjanjikan peredaan nyeri pada saat bersalin, penggunaan kloroform oleh Ratu Victoria selama persalinan pada tahun 1850, evolusi pemahaman system saraf yang terjadi bersamaan dengan penemuan metode analgesia dan anestesi spinal (Pmerantz, M. Factors Contributing to the Widespread Use of Epudirals for Pain Relief in Childbirth. Master’s thesis. New Haven, CT: Yale University School of Nursing, 1999), perlunya wanita yang menerima analgesic dan anestesi obstetric tetap berada di rumah sakit, dan kurangnya akses bidan merujuk wanita ke rumah sakit, semua hal ini, menyebabkan penurunan penggunaan tenaga bidan.
Pengawasan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh Willian Smellie (1697-1763), yang mengembangkan pendidikan dengan menggunakan boneka peraga dan mencatat semua pasiennya dengan sangat teliti, mengidentidikasi mekanisme persalinan dan membuktikan kesalahan sejumlah mitos dan pemahaman yang keliru. Pendidikan anatomi oleh William Hunter (1718-1783) mencakup penemuan yang berkaitan dengan system limfe, sirkulasi plasenta, dan kehamilan uterus. William Shippen, Jr. (1736-1808), pengajar pertama bidang obstetric, dan Samuel Bard (1742-1821), penulis buku ajar Amerika pertama, mendapat pujian karena mempromosikan pendidikan obstetric di Amerika Serikat. Semua orang di atas memberikan kontribusi yang bermakna bagi ilmu pengetahuan dan seni obstetric.
Semua perkembangan ini, pengetahuan baru, dan pendidikan ini tidak dapat dinikmati bidan karena adanya isolasi relative antara bidan yang satu dengan yang lain juga karena kurangnya jumlah sekolah, organisasi nasional, jurnal, pengakuan hukum, atau cara lain dalam berkomunikasi yang dapat digunakan oleh bidan. Setiap unsure struktur ini sebenarnya dapat menjadi sarana ntuk pembelajaran obstetric. Tanpa unsure-unsur ini, pengetahuan dan praktik kebidanan menjadi sangat keringgalan jaman sementara ilmu kedokteran semakin berkembang dan ilmu keperawatan modern dimulai.
Revolusi industry yang terjadi pada akhir abad ke-19 menyebabkan masuknya arus imigran ke Amerika dari beberapa negara di Eropa sehingga terbentuk kumpulan-kumpulan komunitas budaya di daerah perkotaan. Setiap komunitas tersebut memiliki bidannya masing-masing, yang berasal dari “negara kuno”. Mayoritas terbesar adalan bidan siap-kerja yang tinggal di negaranya sendiri (Dawley, K. The campaign to eliminate the midwife. Am. J. Nurs. 100(10):53, 2000), tetapi terbentur pada berbagai masalah, antara lain tidak fasih berbahasa Inggris dan tidak memiliki akses untuk menggunakan system layanan kesehatan. Rekan mereka keturunan Afrika-Amerika yang berdiam di daerah pedalaman Selatan juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses ke system layanan kesehatan. Mereka juga tidak berpendidikan karena masalah ras. Para bidan “tua” ini sering kali menurunkan ilmu kebidanan yang mereka miliki kepada anak perempuannya. Mereka belajar melalui pengalaman, dan sangat mengandalkan kesabaran, obat-obatan rumah, dan doa karena hal tersebut adalah satu-satunya sumber yang dapat mereka gunakan saat membantu wanita melahirkan. Tidak adanya lisensi, organisasi, dan program pendidikan formal juga menjadi penyebab bidan pendatang dan bidan kulit hitam di pedalaman Selatan tidak bisa menjadi bagian system layanan kesehatan resmi di daerah tersebut.
Status wanita yang umumnya masih rendah pada awal abad ke-20 berdampak pada pekerjaan bidan. Norma Swenson, dalam analisisnya tentang factor social yang memengaruhi sejarah kebidanan di Amerika Serikat, berkomentar sebagai berikut:
Tetapi poin terakhir dan saya rasa poin yang lebih signifikan adalah bahwa status wanita menjelang pergantian abad ini terutama sangat rendah. Pada titik ini wanita berada pada posisi dieksploitasi secara ekonomi dan pada saat yang sama tidak kompeten dalam aspek social dan politik. Dalam artian, mereka dianggap tidak memiliki kemampuan untuk member penilaian yang baik, baik menyangkut urusan mereka sendiri ataupun hal-hal yang berhubungan dengan orang lain. Pada kenyataannya mereka dicegah untuk melakukan hal-hal tersebut. Dominasi kaum laki-laki di dalam rumah dan masyarakat selalu tinggi.
Dalam suasana seperti inilah bidan tidak dilindungi oleh hukum dan wanita dipersalahkan untuk kondisi mengerikan ketika ibu dan bayi meninggal pada masa itu. Padahal pada kenyataannya wanita tidak berdaya mengontrol kondisi social dan mengatasinya semampu mereka layaknya seorang bidan sementara mereka berada dalam lingkungan yang sebagian besar merupakan produk industry buatan pria dan revolusi social. (Swenson, N. The role of the nurse-midwife on the health team as viewed by the family. Bull. Am. Coll. Nurse-Midwifery 13(4):128 (November) 1968).
Semua kejadian dan factor social ini menyatu pada akhirnya abad ke-19 untuk menciptakan system pendidikan dan pelayanan perawatan kesehatan. Namun, para penerus bida di dalam koloni, bidan imigran etnik kota, bidan desa keturunan Afrika Amerika di wilayah Selatan, dan bidan Amerika Asli tidak memiliki akses untuk menikmati system layanan kesehatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar