a. Darah
Volume
Darah
Dalam keadaan tidak hamil, 70% dari
berat badan adalah air, yang terdiri dari:
·
5% diantaranya adalah cairan
intravascular,
·
70% adalah cairan intraseluler, dan
·
Sisanya adalah cairan interstisial.
Dalam
kehamilan, cairan intraseluler tidak berubah namun terjadi peningkatan volume
darah dan cairan interstitsiil. Peningkatan volume darah ini mencakup
peningkatan plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada
wanita hamil normal, umumnya, darah meningkat sebesar 15 – 30 % (sekitar 1,5
liter), namun hal tersebut bervariasi pada setiap individu.
1) Plasma Darah
Volume plasma
darah mengalami peningkatan, yaitu sebesar 40%. Pada awalnya, volume plasma
meningkat pesat dari usia gestasi sekitar 6 minggu, kemudian laju peningkatan
melambat. Peningkatan
volume plasma mencapai maksimum pada minggu ke 30 – 34 sampai pada persalinan. Dalam keadaan
tidak hamil, 55% dari volume darah merupakan plasma darah. Peningkatan volume plasma darah lebih besar
dibandingkan peningkatan sel darah merah sehingga terjadi anemia dan
peningkatan kadar protein, oleh karena itu kekentalan (viskositas) darah
menurun atau terjadi pengenceran darah. Dengan demikian maka terjadi penurunan
eritrosit per milliliter dari 4,5 juta menjadi 3,8 juta. Ini berarti kadar
hematokrit (volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100ml darah) menurun selama
kehamilan. Selanjutnya, dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, volume
plasma semakin menurun dan eritrosit menjadi sedikit meningkat, sehingga kadar
hematokrit sedikit meningkat menjelang aterm.
Peningkatan plasma darah lebih banyak pada multigravida daripada
primigravida. Selain itu lebih meningkat pada kehamilan kembar daripada
kehamilan tunggal. Plasma darah ini juga menentukan berat badan lahir.
Peningkatan
volume plasma lebih sedikit pada pasien dengan aborsi berulang.
Tabel Perubahan
Hematokrit
Non –
pregnant
|
40 – 42
%
|
Minggu
ke 20
|
39 %
|
Minggu
ke 30
|
38 %
|
Minggu
ke 40
|
40 %
|
2) Sel Darah Merah
(Eritrosit)
Pada kehamilan, terjadi peningkatan eritrosit
sebesar 18% (tanpa pemberian suplemen Fe) dan meningkat sebesar 30% (dengan
pemberian suplemen Fe) dari jumlah normalnya. Dimana jumlah eritrosit normal
yaitu kurang lebih 5 juta dalam 1 mm3 darah (4 ½ juta). Peningktan
eritrosit mulai pada minggu ke 10 (pada trimester pertama).
Perubahan Volume Sel Darah Merah
Perubahan pada volume darah total,
volume plasma dan volume sel darah merah selama kehamilan dan pasca persalinan
Hemoglobin
Hemoglobin
(Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oxygen dari paru2 ke seluruh
jaringan tubuh. Hemoglobin memberikan warna merah pada darah. 75% zat besi
dalam tubuh bertugas di sini. Kadar hemoglobin normalnya untuk wanita sekitar
12-15 g per 100 mililiter sedang untuk pria sekitar 14-16 g per 100 mililiter.
Pengukuran
Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb. WHO
merekomendasikan batas bawah penurunan Hb adalah 11 g/ml (WHO, 1968), peneliti
lain 10-12 g/ml (De Leeuw et.al. 1966). Maksudnya bahwa dibawah batas tersebut
baru digolongkan sebagai anemia. Menurut kompilasi CDC (us centre for disease
control and prevention, 1989) biasanya terjadi penurunan Hb secara normal pada
trisemester pertama (batas aman Hb > 11 g) , kemudian mencapai titik
terendah pada akhir trisemester kedua (batas aman Hb > 10.5), kemudian
perlahan naik selama trisemester ketiga.
Salah
satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya plasma
darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution). Hal tersebut
dapat memperlancar aliran darah di plasenta.
Perubahan kadar haemoglobin paralel
dengan yang terjadi pada eritrosit. Mean Cell Haemoglobin Concentration pada
keadaan tidak hamil normalnya adalah 34%, yang berarti bahwa setiap 100 ml
eritrosit mengandung 34 g haemoglobin. Nilai ini selama kehamilan tidak
berubah, dengan demikian maka nilai volume eritrosit total dan haemoglobin
total meningkat selama kehamilan.
Terlihat
dari data diatas bahwa tidak ada satu nilai normal yang dapat ditemukan selama
kehamilan. Fakta ini penting dalam menegakkan diagnosa anemia dalam kehamilan.
Zat Besi
Dengan peningkatan jumlah eritrosit,
kebutuhan akan zat besi dalam proses produksi hemoglobin meningkat. Bila
suplemen zat besi tidak diberikan, kemungkinan akan terjadi anemia defisiensi
zat besi.
Kebutuhan zat besi pada paruh kedua
kehamilan kira-kira 6 – 7 mg/hari. Bila suplemen zat besi tidak tersedia, janin
akan menggunakan cadangan zat besi maternal. Sehingga anemia pada neonatus
jarang terjadi; akan tetapi terjadi defisiensi zat besi berat pada ibu yang
dapat menyebabkan persalinan preterm, abortus, dan janin mati.
3) Sel Darah Putih (Leukosit)
Selama kehamilan, terjadi kenaikan kadar
leukosit dari 7.109 / l (dalam keadaan tidak hamil), menjadi 10.5.109
/ l. Peningkatan ini hampir semuanya disebabkan oleh peningkatan sel PMN
(polimorfonuclear). Pada saat inpartu, jumlah sel darah putih ini akan menjadi
semakin meningkat lagi.
Neutrofil
Nilai neutrofil
meningkat pada trimester pertama dan terus naik sampai usia kehamilan 30 minggu.
Aktivitas metabolik neutrofil dan fungsi fagositosis meningkat.
Limfosit
Jumlahnya tidak
berubah, tetapi fungsinya berkurang.
4)
Trombosit
Pada kehamilan,
terjadi thromobositopoeisis akibat kebutuhan yang meningkat.
Kadar prostacyclin
(PGI2), sebuah “platelet aggregation inhibitor” dan Thromboxane
(A2), sebuah perangsang aggregasi trombosit dan vasokonstriktor, meningkat
selama kehamilan.
Nilai rata – rata
trombosit selama awal kehamilan adalah 275.000 / mm3, dan meningkat
sampai 260.000 / mm3 pada minggu ke 35. Mean Platelet Size
sedikit meningkat. Peningkatan tersebut masih dalam batas yang normal.
Aktifitas trombosit meningkat pada
trimester kedua dan trimester ketiga, dan kembali normal pada 12 minggu
postpartum.
b.
Pembekuan Darah
Kehamilan disebut
sebagai hipercoagulable state, karena terjadinya peningkatan kadar fibrinogen
dan faktor pembekuan VII sampai X secara progresif (perlahan).
Kadar fibrinogen,
dari 1,5 – 4,5 g/L (pada saat tidak hamil) meningkat dan sampai akhir kehamilan
mencapai 4 – 6.5 g/L. Sintesa fibrinogen terus meningkat akibat meningkatnya
penggunaan dalam sirkulasi uteroplasenta atau sebagai akibat tingginya kadar
estrogen.
Faktor II, V dan
XI sampai XIII tidak berubah atau justru malah semakin menurun.
Nampaknya
peningkatan resiko tromboemboli yang terkait dengan kehamilan lebih diakibatkan
oleh stasis vena dan kerusakan dinding pembuluh darah
dibandingkan dengan adanya perubahan faktor koagulasi itu sendiri.
kak tolong kasih sumber nya juga yahhh sangat di butuhkan sekalihh
BalasHapus